Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 18 Maret 2025 | 22:56 WIB
Kapal tongkang batu bara di Sungai Musi

SuaraSumsel.id - Di balik tingginya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumatera Selatan yang didorong oleh industri batu bara, tersimpan ancaman besar bagi masyarakat dan lingkungan.

Insiden demi insiden yang melibatkan tongkang batubara semakin sering terjadi, menimbulkan kerusakan infrastruktur vital dan mengguncang kehidupan warga.

Dua insiden terbaru yang terjadi pada Maret 2025 menambah daftar panjang bencana akibat angkutan batubara. Pada 12 Maret, tongkang milik PT Bukit Prima Bahari menabrak rumah warga di Keramasan, Palembang menyebabkan kerugian besar.

Beberapa hari kemudian, tongkang milik PT Tempirai menabrak Jembatan PTPN IV Kebun Bentayan di Banyuasin, menghambat akses transportasi penting. Insiden serupa sebelumnya terjadi pada 12 Agustus 2024, ketika Jembatan Lalan di Musi Banyuasin ambruk akibat dihantam tongkang milik PT Santana Jaya.

Baca Juga: Kapal Bermuatan Batu Bara Hantam Rumah Apung di Sungai Musi, Warga Panik

Dampak Besar bagi Warga dan Infrastruktur

Bencana yang ditimbulkan oleh angkutan batubara di perairan Sumsel tidak hanya merusak rumah dan jembatan, tetapi juga menghantam perekonomian warga.

Jalur transportasi yang terputus menyebabkan distribusi hasil pertanian terganggu, sementara warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai harus menghadapi ancaman keselamatan setiap saat.

Tak hanya itu, transportasi batubara di Sungai Musi juga membawa dampak lingkungan yang parah.

Tumpahan batu bara mencemari air, mengancam kehidupan biota sungai, serta meningkatkan risiko penyakit bagi warga yang bergantung pada sungai sebagai sumber air bersih dan mata pencaharian.

Baca Juga: Sungai Musi Berpotensi Jadi Sumber Penghasilan Baru bagi Warga Palembang

Debu batubara yang terbawa angin bahkan memengaruhi wisatawan di sekitar Benteng Kuto Besak, yang terkena dampak polusi udara.

Lemahnya Pengawasan dan Regulasi yang Gagal

Padahal, regulasi mengenai pengangkutan batubara telah tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 dan Peraturan Gubernur Nomor 23 Tahun 2012.

Namun, lemahnya pengawasan dan ketidaktegasan penegakan hukum membuat peraturan ini seakan tak berarti.

Banyak tongkang beroperasi di luar jam operasional yang ditentukan, melanggar aturan tanpa ada tindakan tegas dari pihak berwenang.

Peran Syahbandar sebagai pengawas utama transportasi perairan pun dipertanyakan.

Kelalaian dalam mengontrol angkutan batubara menjadi celah bagi perusahaan nakal untuk terus melanggar aturan, meraup keuntungan dengan mengorbankan keselamatan publik dan lingkungan.

Seruan Evaluasi dan Tindakan Tegas

Direktur Perkumpulan Sumsel Bersih, Bonie, menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Sumsel dan kabupaten/kota yang dilalui jalur angkutan batu bara harus segera melakukan evaluasi menyeluruh.

Tanpa kebijakan yang lebih ketat dan penegakan hukum yang tegas, ancaman ini hanya akan semakin membesar.

"Pemerintah harus berani bertindak tegas terhadap perusahaan angkutan batubara yang kerap melanggar aturan. Selain itu, evaluasi kinerja Syahbandar perlu dilakukan agar pengawasan lebih ketat," tegasnya.

Keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan keselamatan warga harus segera diwujudkan.

Jika tidak, PAD yang seharusnya menjadi berkah bagi daerah ini justru akan terus membawa petaka bagi masyarakat Sumatera Selatan. 

Kapal tongkang batu bara di Sungai Musi

Kapal tabrak rumah apung di Sungai Musi 

Sebuah insiden mengejutkan terjadi di perairan Sungai Musi, Palembang, ketika sebuah kapal tongkang bermuatan batu bara menabrak rumah apung milik warga.

Kejadian yang berlangsung pada Rabu sore sekitar pukul 16.09 WIB ini tidak hanya merusak rumah apung, tetapi juga mengakibatkan kerusakan pada tiga perahu getek milik warga setempat.

Melansir Sumselupdate.com-jaringan Suara.com, kapal tongkang bernama Kapuas Jaya 3023 yang mengangkut batubara tersebut ditarik oleh tugboat Johan Jaya 171.

Kapal ini berlayar dari jetty PT Bukit Asam menuju tujuan yang belum diketahui. Saat melintasi kawasan Kramasan, Palembang, kapal tongkang tersebut kehilangan kendali dan menabrak rumah apung yang berada di tepian Sungai Musi.

Salah satu warga yang menyaksikan kejadian tersebut merekam momen menegangkan itu.

Dalam video yang beredar di media sosial, terdengar jelas teriakan histeris warga saat tongkang bermuatan batubara menghantam rumah apung. Selain itu, tampak tiga perahu getek yang mengalami kerusakan parah akibat benturan tersebut.

Hingga saat ini, penyebab pasti kecelakaan masih dalam penyelidikan pihak berwenang.

Namun, beberapa dugaan sementara menyebutkan bahwa arus sungai yang deras dan kurangnya manuver dari tugboat penarik bisa menjadi faktor penyebab insiden ini. Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan penyebab utama dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang.

Meskipun tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, kerugian materiil dirasakan oleh pemilik rumah apung dan perahu yang rusak.


 

Load More