Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Sabtu, 14 September 2024 | 10:43 WIB
Gala premiere film Anna Kumari jejak langkah maestro tari Sumsel [dok]

SuaraSumsel.id - Dunia tari tradisional Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Anna Kumari berpulang. Penari asal Palembang ini meninggal dunia di usia 79 tahun pada Jumat (13/9/2024) malam.

Anna Kumari meninggal dunia pukul 22.24 di IGD Rumah Sakit dr Moehammad Hoesin (RSMH) Palembang. Kabar berpulangnya Anna Kumari beredar di sejumlah pesan singkat aplikasi WhatsApp.

“Telah meninggal dunia  ibunda kami Hj Anna  Kumari binti Amantcik Rozak pada Jumat  13 September 2024 pukul 22.24 di IGD RSMH,  rumah duka Sanggar  Anna Kumari Jalan Kha Azhari 14 ulu RT 18 no 760,” tulis pesannya.

Anna Kumari sejak kecil sering diajak orang tuanya menghadiri pesta pernikahan adat Palembang. Di sela-sela kunjungan itu, ia kadang menyelinap ke kamar pengantin untuk mengagumi riasan mempelai perempuan dan kain songket yang digunakan.

Baca Juga: Ada 12 Pedagang Dilaporkan Polisi, Revitalisasi Pasar 16 Ilir Terancam?

Perempuan kelahiran Palembang, 10 November 1945 dilahirkan dari keluarga yang memegang teguh tradisi, ia tumbuh sebagai anak yang secara alamiah mencintai kesenian.

Ana Kumari dikenal dengan 50 karya tarinya di mana dua di antaranya yang begitu dikenal dan dipergunakan sampai sekarang, yaitu Tari Tepak Keraton dan Selendang Mayang.

Masayu Anna Kumari atau Anna Kumari dikenal sebagai pelestari tradisi mulai dari seni tari, silat, teater, musik, seni suara, khusus puisi (sering disiarkan di gelanggang Sastra RRI pimpinan Buya Zainal Abidin Hanif) sampai kerajinan Songket di kota kelahirannya, Palembang. 

Ia begitu gigih dalam memperkenalkan seni budaya Sumsel agar dapat dikenal luas melalui narasumber-narasumber yang dihadirkan dalam film ini baik dari sang Maestro sendiri, Anna Kumari, sang adik Anwar Fuadi (artis nasional), sang anak, budayawan, sejarawan dan lainnya.

Anna Kumari sudah berpuluh-puluh tahun aktif dalam dunia tari di Sumsel dengan menciptakan sampai 50 tarian.

Baca Juga: Padamkan Karhutla di 3 Kabupaten, BPBD Sumsel Kerahkan 4 Helikopter Pembom Air

Pernah menjadi Penari Istana

Sejak kecil Anna sudah tertarik dengan berbagai tradisi adat Palembang, namun persentuhannya dengan seni secara profesional baru dimulai pada 1960-an saat ia bersama orang tuanya tinggal di Jakarta.

Keluarganya pada saat itu termasuk kalangan pejuang kemerdekaan yang memegang teguh prinsip adat. Sewaktu kecil Anna Kumari sering diajak orang tuanya menghadiri pernikahan adat Palembang.

Pada 1962 saat berusia 17 tahun, ia menjadi penari Istana Negara, namun selama menjadi penari istana ia mengaku tidak pernah membawakan tari Sumatera Selatan, melainkan tari Bali seperti Tari Kecak, Tari Panji Semorang dan Tari Pendet dengan dilatih langsung oleh Nyoman Suwarni serta I Wayan Linggih.

Presiden Soekarno sering melihat Anna Kumari dan teman-teman berlatih saat itu.

Tari Tepak Keraton

Load More