Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Sabtu, 14 September 2024 | 10:43 WIB
Gala premiere film Anna Kumari jejak langkah maestro tari Sumsel [dok]

Anna diminta menjadi pimpinan grup seni Kodam II Sriwijaya yang beranggotakan 30 orang, waktu itu Komandan Inmindam IV Sriwijaya Kolonel Makmun Rasjid meminta Anna menciptakan tarian baru.

Tari Gending Sriwijaya yang saat itu sudah populer tiba-tiba dilarang untuk ditampilkan. Melansir ANTARA, tiak habis akal kemudian Anna menciptakan Tari Tepak Keraton sebagai pengganti Tari Gending Sriwijaya.

Tari Tepak Keraton diciptakan untuk menggambarkan Kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam masa pimpinan Mahmud Badaruddin II sekitar abad ke-16.

Puncak kepopuleran tari tersebut saat ditampilkan pada pembukaan MTQ Internasional Tahun 2015 di Palembang.

Baca Juga: Ada 12 Pedagang Dilaporkan Polisi, Revitalisasi Pasar 16 Ilir Terancam?

Tahun 1967, ia mendirikan Sanggar Tari Anna Kumari dengan mencari sendiri penari dari rumah ke rumah agar bersedia berlatih tari di sanggarnya, namun hal tersebut tidaklah mudah.

Banyak orangtua tidak memperbolehkan anak perempuan berlatih menari karena khawatir si anak memiliki kesan yang buruk.

Namun akhirnya dengan keteguhan yang mantap dan semangat kebudayaan Anna berhasil mengajak anak-anak dari kalangan bangsawan dan pejabat menjadi penari binaannya.

Semangat mengembangkan kesenian lokal yang penuh liku-liku membuahkan hasil. Kekinian sanggarnya sudah berkeliling di berbagai wilayah di Indonesia bahkan dunia, sampai akhirnya pada 2015 Kementerian Kebudayaan mengganjarnya dengan Penghargaan kategori Pelestari.

Tidak hanya sebatas itu, sudah puluhan penghargaan di bidang seni budaya yang ia terima sepanjang hidupnya dari berbagai instansi, perusahaan dan asosiasi, selain menari ia juga menulis ragam buku adat, seperti Perkawinan 7 hari 7 Malam dan Buku Rebo Akhir Tradisi Budaya Palembang.

Baca Juga: Padamkan Karhutla di 3 Kabupaten, BPBD Sumsel Kerahkan 4 Helikopter Pembom Air

Sampai saat ini Anna Kumari masih aktif pada beberapa kegiatan kebudayaan, setiap tahun ia selalu melaksanakan tradisi Palembang yang kian langka, misalnya tradisi tepung tawar tolak bala, rebo akhir/rebo kasan dan bekela.

Anna merasa bertanggung jawab mewarisi semua pengetahuannya mengenai sejarah dan kebudayaan Kota Palembang.

Kebudayaan Palembang memuat kearifan sosial kultur yang harus dipahami generasi penerus. "Saya mendapatkan tradisi itu dari nenek-nenek saya dan saya merasa bertanggung jawab meneruskannya pula," kata Anna.

Load More