Pemerintah provinsi pun sebenarnya sudah membuat peraturan daerah (Perda) perlindungan gambut. Sehingga jika terjadi pelanggaran terhadap perlindungan gambut seharusnya bisa ditindak secara hukum.
Saat musim kemarau ini, kebakaran tidak hanya di lahan gambut. Di lahan non gambut, juga memiliki bahan penyulut api yang akan mudah terbakar. Adapun jenis penyulut api, termasuk suhu udara panas dan kering tersebut atau dikenal efek El Nino.
HaKi setidaknya mencatat bulan September menjadi peristiwa karhutla terparah di Sumsel. Pada bulan setidaknya terdapat lebih dari 2.000 titik api (hotspot).
Pada bulan September terdapat 2471 hotspot yang paling banyak ditemukan di kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebanyak 1834 hotspot. Selain OKI, kabupaten Musi Banyuasin (Muba) yang menyumbang 129 hotspot, kabupaten Banyuasin sebanyak 113 hotspot serta kabupaten Ogan Ilir sebanyak 110 hotspot,
Baca Juga: Breaking News, Agus Fatoni Dilantik Sebagai PJ Gubernur Sumsel
Selain OKI, juga ada 13 kota dan kabupaten di Sumsel sumbang hotspot.
Sebanyak 130 hotspots tersebut berasal lahan yang terbeban konsesi hutan kayu (HTI) yang tersebar di OKI, Muba dan Ogan Ilir (OI). Berikut sederet perusahaan yang paling besar sumbang hotspot pada bulan tersebut di antaranya BMH, BAP, SBB, dan PML.
Sedangkan hotspot berasal dari lahan terbebani perkebunan juga berasal dari kabupaten OKI dan Muba, yakni WAJ, KS dan LI.
Direktur Haki, Deddy Permana mengungkapkan kebakaran lahan di Sumsel terus berulang setiap kemarau. Dengan karakter provinsi seperti Sumsel ini, seharusnya sudah bisa memetik pelajaran dari pengalaman kemarau sebelumnya.
Pembukaan kawasan yang masif sejak tahun 1980-1900 an, membuat lapisan gambut makin terbuka dan makin rentan terbakar apalagi menghadapi musim kering yang seharusnya sudah diantisipasi lebih jauh hari.
Baca Juga: Berikut Lahan-Lahan Konsesi Perusahaan di Sumsel Sumbang Hotpsot, Belum Ditindak?
Hasil pemantauan satelit hotspot tersebut, lahan yang terbakar pernah terbakar di musim-musim kemarau tahun lalu.
“Kebakarannya seperti berulang di musim kemarau, karena itu butuh kolaborasi dan antisipasi antar pihak, terutama kawasan yang rentan terbakar. Ini butuh komitmen antar banyak pihak, menjaga kawasan yang rentan terbakar tersebut,” ujarnya beberapa waktu yang lalu.
Berita Terkait
-
PSSI Buka Peluang Pertandingan Timnas Indonesia vs Brunei Pindah dari Stadion Jakabaring Palembang karena Kabut Asap
-
Breaking News, Agus Fatoni Dilantik Sebagai PJ Gubernur Sumsel
-
Reaksi Coach Yoyo Diteriaki 'Out' Setelah Sriwijaya FC Hanya Imbang Lawan Semen Padang FC
-
Hanya Imbang Kontra Semen Padang FC, Begini Permintaan Maaf Sriwijaya FC Pada 3 Kelompok Suporter
-
Detik-Detik Kecelakaan 3 Santri Hantam Truk di Soekarno-Hatta Palembang, Kendarai Motor Bertiga
Tag
Terpopuler
- Eks Pimpinan KPK: Ustaz Khalid Basalamah Bukan Saksi Ahli, Tapi Terlibat Fakta Kuota Haji
- Jahatnya Sepak Bola Indonesia, Dua Pemain Bidikan Persija Ditikung di Menit Akhir
- Klub Impian Masa Kecil Jadi Faktor Jay Idzes Terima Pinangan Aston Villa
- Siapa Lionel de Troy? Calon Bintang Timnas Indonesia U-17, Junior Emil Audero
- 5 Rekomendasi Bedak Tahan Air dan Keringat Murah: Anti Luntur Sepanjang Hari
Pilihan
-
Resmi! Ramadhan Sananta Gabung ke Klub Brunei Darussalam DPMM FC, Main di Liga Malaysia
-
CORE Indonesia: Ada Ancaman Inflasi dan Anjloknya Daya Beli Orang RI
-
Bukan Patrick Kluivert, Ini Pelatih yang akan Gembleng Mauro Ziljstra dalam Waktu Dekat
-
Tewas di Usia Muda, Diogo Jota Baru Menikah 2 Minggu Lalu, Tinggalkan 3 Anak
-
Detik-detik Diogo Jota Tewas, Mobil Hilang Kendali Lalu Terbakar Hebat di Jalan
Terkini
-
Bukan Cuma Tangguh, Ini 7 Sepatu Gunung yang Cocok Buat Hiking & Hangout 2025
-
Binaan BRI Go Global, UMKM Kuliner Raih Sukses di Pasar Internasional
-
Sepatu Lari 2025: Pilih Mana untuk Speedwork atau Training Harian? Jangan Sampai Keliru
-
10 Tips Menata Rumah Kecil agar Terlihat Luas dan Elegan
-
Alex Noerdin Tersangka Lagi, Herman Deru Tak Ingin Proyek Cinde Terhenti