Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 18 Oktober 2022 | 15:07 WIB
Petani sawit di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan [Suara.com/Tasmalinda]
Made with Flourish

Sementara rata-rata tingkat partisipasi sekolah untuk SMP sejak 2015-2020 sebesar 75 persen. Ini artinya ada sekitar 3 orang yang tidak bisa mengecap bangku SMP.

Padahal, Kabupaten Musi Banyuasin ini merupakan salah satu lumbung sawit terbesar di Sumatera Selatan. Berdasarkan data BPS, luas lahan perkebunan sawit di Kabupaten Muara Banyuasin mencapai lebih dari 200 ribu hektare dengan tingkat produksi sebesar hampir 1 juta ton pada 2020 lalu. Lahan perkebunan sedikit menyempit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 300 ribu hektare.

Kendati demikian, produktivitas sawit di Kabupaten Musi Banyuasin ini tetap tertinggi diantara daerah penghasil sawit di Sumatera Selatan. Rata-rata produksi sawit Kabupaten Muara Banyuasin sejak 2015 sampai dengan 2020 merupakan yang terbesar diantara kabupaten-kabupaten penghasil sawit lainnya di Sumatera Selatan.

Rata-rata produksi sawit Kabupaten Musi Banyuasin mencapai hampir satu juta ton. Angka produksi sawit ini dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan daerah produksi sawit terbesar kedua di Sumatera Selatan yang sekitar 450 ribu ton.

Baca Juga: Cuaca Hari Ini: Sumsel Potensi Berawan Dengan Hujan Sedang Hingga Dini Hari

Minimnya angka partisipasi sekolah di Kabupaten Musi Banyuasin tidak berkaitan langsung dengan ketersediaan fasilitas sekolah dan anggaran pendidikan. Ada 475 sekolah dasar dan 156 SMP di kabupaten yang berpopulasi sekitar 850 ribu orang ini. Sementara alokasi dana pendidikan selama 2015 sampai dengan 2020 cenderung meningkat. Anggaran pendidikan di Kabupaten Muara Banyuasin mencapai Rp3,28 triliun pada 2020. Rata-rata anggaran pendidikan Kabupaten Musi Banyuasin selama 2015 hingga 2020 merupakan yang terbesar dibandingkan daerah penghasil sawit lainnya yakni sebesar Rp3 triliun per tahun.

Made with Flourish

Kondisi serupa juga terjadi di dengan daerah penghasil sawit lainnya di Sumatera Selatan. Luas lahan yang semakin luas dan tingkat produksi sawit tidak selamanya berdampak positif bagi tingkat pendidikan anak-anak.

Di Kabupaten Banyuasin, daerah penghasil sawit terbesar kedua di Sumatera Selatan pada 2020, angka partisipasi sekolah justru cenderung menurun dibandingkan pada 2015 lalu. Bila pada 2015, seluruh anak ikut sekolah dasar maka pada saat lahan perkebunan dan produksi kelapa sawit di Kabupaten Banyuasin melompat empat kali lipat dari 2015 tingkat anak yang bersekolah justru turun menjadi menjadi 99,49%. Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengungkapkan ada 606 orang anak putus sekolah dasar pada 2020. Ini angka putus sekolah terbesar dalam lima tahun terakhir di saat jumlah bangunan sekolah dasar justru semakin bertambah.

Kepala Desa Sidomulyo Kabupaten Banyuasin Rahmat menceritakan rata-rata anak yang putus sekolah di daerahnya mulai dari jenjang SD yang akan melanjutkan ke SMP. Ada juga lulusan SMP yang tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Dia menyebutkan setiap tahun jumlah tak lebih dari 10 orang. “Sudah tidak mau bersekolah lagi karena penghasilan orang tua dari sawit terbatas, tidak juga ada penghasilan tambahan lainnya,” ujarnya kepada Suara.com, Minggu (22/10)

Baca Juga: Pengusaha Sawit Mularis Djahri Dibebaskan, Anaknya Masih Ditahan Polda Sumsel

Potret buram masa depan pendidikan di lumbung sawit diakui oleh Wakil Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Sumatera Selatan, M. Yunus. Menurutnya, bertanam sawit membutuhkan dukungan modal yang cukup besar apalagi bila dihadapkan pada infrastruktur atau penyeberangan sungai yang tidak ideal.

Load More