Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 18 Oktober 2022 | 15:07 WIB
Petani sawit di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan [Suara.com/Tasmalinda]
Petani di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan [Suara.com/Tasmalinda]

Pupus harapan sekolah juga diceritakan Ngatio (58). Dia bercerita mengenai anak laki-lakinya yang meninggalkan desa karena tidak bisa menamatkan pendidikan dasar karena alasan ekonomi.

Ngatyo terpaksa menjual lahan sawit karena sudah tidak bisa lagi menutupi kebutuhan keluarga. “Lahan transmigrasi sudah tinggal buat rumah dan pekarangan,” katanya.

Saat ini, Ngatyo memanfaatkan penghasilan sebagai tukang bangunan sementara istri fokus mengurus anak karena tidak ada lagi lahan garapan sawit yang bisa ditanam.

Kisah anak Sugiyono dan Ngatyo yang putus sekolah menguak problem pendidikan di daerah penghasil sawit. Kepala Desa Sumber Jaya Kabupaten Musi Banyuasin Ari Susanto mengungkapkan, kondisi petani sawit swadaya di desa mereka tergolong sulit.

Baca Juga: Cuaca Hari Ini: Sumsel Potensi Berawan Dengan Hujan Sedang Hingga Dini Hari

“Anak-anak putus sekolah mungkin hitungannya tidak banyak, sedikit. Namun yang hidup dalam keterbatasan juga tidak sedikit. Anak-anak masih sekolah meski dengan keterbatasan,” ujarnya.

Menurutnya, anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena kebutuhannya tidak bisa terpenuhi oleh orang tua mereka. Sementara bagi yang sudah di usia sekolah lanjutan lebih memilih meninggalkan desa untuk bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga. “Yang putus sekolah atau terhenti ini yang anak-anaknya banyak. Yang punya 2-3 orang masih kesulitan memenuhi kebutuhan harian pendidikan apalagi yang lebih dari itu,” imbuh Ari.

Di Desa Sumber Jaya terdapat sekolah dasar (SD) negeri yang biaya pendidikannya gratis. Selain itu, ada juga sekolah tingkat lanjut berupa di Madrasah Pondok Pesantren yang dibantu oleh pihak yayasan di desa sebelah. Ada pula SMP dan SMA Negeri yang jaraknya cukup jauh dari desa. “Tapi jika ada keterbatasan maka sekolah di yayasan Islam di desa tetangga, gratis juga,” ungkap ia.

Angka partisipasi sekolah di Kabupaten Muara Banyuasin terbilang rendah untuk kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, rata-rata angka partisipasi sekolah di tingkat SD di Kabupaten Muara Banyuasin hanya sebesar 62,88 persen. Ini artinya hanya enam dari 10 orang anak yang berusia 7-12 tahun yang belajar di sekolah dasar. Empat orang lainnya tidak bersekolah dasar.

Baca Juga: Pengusaha Sawit Mularis Djahri Dibebaskan, Anaknya Masih Ditahan Polda Sumsel

Load More