Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 13 Januari 2022 | 07:30 WIB
Pecatan ASN disdukcapil menangis saat ditangkap polisi [Suara.com/Welly JT]

SuaraSumsel.id - Seorang pecatan Aparatur Sipil Negara (ASN), Reno (35) warga Jalan Lorong Roda, Kelurahan 27 Ilir, Kecamatan Ilir Barat (IB) I Palembang menangis minta ampun saat ditangkap polisi. Dia harus berurusan dengan polisi sektor (Polsek) IB I lantaran laporan penipuan.

Berikut fakta-fakta pecatan ASN Palembang yang menangis minta ampun saat ditangkap polisi ini:

1. Menangis minta ampun

"Saya mohon maaf sebesar - sebesarnya. Saya mengaku salah. Minta maaf kepada warga yang pernah saya tipu," kata Reno sembari menangis saat dihadirkan dalam press rilis di Polsek IB I, Selasa (11/1/2022). 

Baca Juga: Cuaca Ekstrem Bikin Nelayan Sumsel Jeda Melaut Lebih Lama

Reno berpura - pura menjadi pegawai di Kantor Camat IB I dengan nama Irul.

2. Menawarkan jasa membuat adminitrasi kependudukan

Reno dilaporkan menawarkan jasa mengurus surat-menyurat seperti KK, KTP, BPJS, PKH dan lainnya yang  dijanjikan Reno akan bisa diurus dengan cepat melalui dirinya. 

Dia mengaku awalnya, hanya sekadar berjalan-jalan mengecek kelayakan jalan lalu kemudian ada warga yang meminta tolong diuruskan keperluan di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil).

3. Para korban melapor

Baca Juga: PT SM dalam Laporan Kaesang dan Gibran, Ungkit Karhutla Terparah di Sumsel

Namun seketika Reno dibuat bungkam oleh keterangan warga yang telah menjadi korbannya. 

Di hadapan polisi dan Camat Ilir Barat I, secara gamblang menyebut Reno telah sengaja mendatangi rumahnya menawarkan jasa mengurus KK dan PKH dengan iming-iming akan cepat selesai. 

"Saya salah pak," kata Reno yang langsung tertunduk lesu. 

4. Pecatan ASN tahun 2021

Diakui Reno, dia adalah seorang  ASN yang diangkat pada tahun  2009 lalu, kemudian dipecat pada 2021 lantaran tidak masuk kerja selama tiga tahun dengan penempatan terakhir di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Palembang. 

"Selama tiga tahun itu, saya ikut kerja sama paman. Mengurus kebun di kampung," katanya. 

5. Butuh uang buat makan

"Uangnya untuk makan pak. Anak saya masih kecil-kecil. Paling besar umur 9 tahun," ujarnya kembali  menangis. 

Ditemui di tempat yang sama, Budi (64) salah seorang korban Reno mengaku sangat geram dengan tindak penipuan oleh pecatan ASN tersebut. 

 Dikatakan Budi, Reno telah mendatangi kediamannya yang berada di RT 3 Jalan Seruni Lorong Kebun Raya Kelurahan Bukit Lama untuk menawarkan jasa mengurus KK dan PKH secara praktis. 

"Bohong kalau dia ngomong tidak datang ke rumah-rumah. Dia ketok pintu saya, bilang nawarin ngurus KK dan PKH," ucap Budi. 

Berjanji hanya dua hari akan diselesaikan, namun nyatanya hingga tiga minggu Reno menghilang tanpa kejelasan. 

"Saya kesal sekali. Makanya saya cari ke kantor camat. Waktu saya cek, memang ada yang namanya Irul, tapi bukan orang itu yang nipu. Ternyata dia (Reno) pakai nama orang lain," ungkapnya dengan nada kesal.

6. Polisi memproses upaya damai

Pihak polisi pun telah memproses kasus ini.

Load More