Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Senin, 27 Desember 2021 | 18:52 WIB
Pabrik Biodiesel Jarak di OKU Timur [Suara.com/Tasmalinda]

Selain biaya produksi yang tinggi, ketersediaan bahan baku juga menjadi permasalahan. Masyarakat yang mendapatkan penetapan harga jual Rp1.500/kg-Rp2.000/kg biji jarak juga membandingkan nilai keuntungan jika menanam tanaman lain. Apalagi ini, sambung Maryus, yang dipanen adalah biji jarak dengan berat yang cukup ringan.

“Butuh banyak sumber tanaman jarak mengumpulkan biji jarak sampai dengan 1 kg atau lebih. Sementara harga jual di angka yang demikian, masyarakat tentu memilih komoditas yang lebih menguntungkan,” ujarnya.

Dengan akumulasi permasalahan baik dari hilir dan hulu, program kemandirian energi di daerah sangat membutuhkan dukungan dari Pemerintah Pusat.

“Sebagai daerah percontohan, kala itu OKU Timur tentu butuh solusi. Bapak Herman Deru (Gubernur Sumsel saat ini) yang saat itu, Bupati OKU Timur, telah berusaha berkoordinasi terkait ini (permasalahan),” akunya.

Baca Juga: Palembang Diguyur Gerimis, Ini Prakiraan Cuaca Sumsel 27 Desember 2021

Dalam kesempatan mengenalkan potensi daerah, Gubernur Herman Deru sempat menceritakan kisahnya mengenalkan tanaman jarak sebagai sumber kemandirian energi di daerah. 

Tanaman jarak di OKU Timur [Tasmalinda/Suara.com]

Menurut dia, harusnya ada juga kebijakan mendukung pemerintah daerah dalam mengembangkan sumber energi terutama energi nabati sebagai sumber energi substitusi.

“OKU Timur itu pernah mampu bikin (membuat) solar mandiri. Tapi sayang, pangsa pasar sulit. Andai, perusahaan sekelas PT. Pertamina atau adanya kebijakan atas peraturan kebijakan pengelolaan energi baru terbarukan bisa melimpahkan kewenangan di daerah, saya yakin Sumsel makin mandiri energi disamping mandiri pangan, ” imbuh Herman Deru.

Kekinian, setelah tidak lagi beroperasional sejak tahun 2012, pabrik biodiesel dinyatakan masih bisa berfungsi. Namun memang, dibutuhkan upaya revitalisasi pabrik.

Pemerintah kabupaten OKU Timur punya wacana memaksimalkan aset dengan kategori masih layak operasional ini mengelola minyak jelantah menjadi sumber bahan bakar, solar.

Baca Juga: Sriwijaya Dempo Run di Sumsel Diharap Jadi Agenda Wisata Nasional

Untuk mengubah jenis komoditas yang diolah, butuh penyesuaian teknik dan mekanis pabrik. 

Dari pengakuan teknisi pabrik ini, setidaknya dibutuhkan sembilan tahapan proses mengubah biji jarak dengan produksi biodiesel dan metanol. 

Dengan nilai oktan yang lebih tinggi dari solar, produk biodiesel tanaman jarak ini pun bisa menjadi bahan bakar operasional pabriknya.

Pabrik biodiesel jarak di OKU Timur [Tasmalinda/Suara.com]

Pemda Perlu Dukungan

Pengembangan energi nabati atau bioenergi di daerah membutuhkan dukungan penuh. Sehingga nantinya, pengembangan energi tersebut layak memenuhi aspek ekonominya. Misalnya, pilihan untuk melibatkan pihak investor.

Hal ini disampaikan Peneliti Traction Asia, Ricky Amukti dalam acara webinar yang diselenggarakan Mongabay dan Yayasan Madani belum lama ini.

Load More