Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Senin, 27 Desember 2021 | 18:52 WIB
Pabrik Biodiesel Jarak di OKU Timur [Suara.com/Tasmalinda]
Pabrik jarak di OKU Timur [Suara.com/Tasmalinda]


Biaya Produksi Lebih Tinggi


Sejalan mengenalkan tanaman jarak ini, upaya mengubah biji jarak menjadi minyak jarak dengan hasil akhir berupa biodiesel mulai dilaksanakan.

Kepala Bappeda OKU Timur, Maryus mengingat pabrik biodiesel maksimal memproduksi minyak dari tanaman jarak sekitar tahun ketiga, atau sekitar tahun 2008 hingga 2010.

Saat itu, Bappeda secara khusus membentuk UPTD Biodiesel. Tentu mengalokasikan anggaran sebagai bentuk subsidi agar program mewujudkan mimpi kemandirian energi di daerah perlahan terwujud.

Baca Juga: Palembang Diguyur Gerimis, Ini Prakiraan Cuaca Sumsel 27 Desember 2021

Pemerintah mengalokasikan anggaran, guna menutupi kebutuhan operasional yang tidak termasuk dalam program hibah Kementerian tersebut. 

Dalam hitungan produksinya, pabrik dalam kapasitas terpasang menghasilkan 6 ton minyak biodiesel. Untuk menghasilkan 1 liter minyak jarak, dibutuhkan sekitar 3 kilogram biji jarak. 

Biodiesel tanaman jarak ini merupakan pencampuran 30 persen minyak jarak. Dengan kata lain, dibutuhkan 30 liter minyak jarak dapat menghasilkan minyak biodiesel 100 liter (B30).

Dengan kebutuhan pabrik kapasitas terpasang, kebutuhan biji jarak tentu dibutuhkan dalam jumlah besar. Selain tantangan dalam menyediakan bahan baku, biaya produksi minyak jarak juga lebih tinggi dari solar.

Perhitungan operasionalnya, Pemerintah membeli biji jarak dari masyarakat seharga Rp1.500-Rp2.000 per kilogram. Untuk menghasilkan 1 liter minyak jarak membutuhkan sekitar tiga kilogram biji jarak.

Baca Juga: Sriwijaya Dempo Run di Sumsel Diharap Jadi Agenda Wisata Nasional

Dengan demikian membutuhkan anggaran membeli biji jarak sekitar Rp6.000 per kilogram.

Belum lagi, biaya produksi menjadikannya minyak biodiesel, dibutuhkan sekitar rata-rata Rp3.000/liter atau Rp3.000/kilogram.

Secara keseluruhan untuk menghasilkan 1 liter biodiesel berasal dari biji tanaman jarak menghabiskan biaya produksi Rp9.000. Dengan biaya  produksi mencapai Rp9.000/liter, maka Pemerintah setidaknya menjual minyak biodiesel di rata-rata harga demikian.

Jika dibandingkan harga bahan bakar berasal fosil, jenis solar yang saat itu dijual PT Pertamina sekitar Rp4.500 liter.

Perbedaan harga hingga dua kali lipat ini pun menjadi pertimbangan petani membeli minyak solar jarak. Dengan membeli minyak biodiesel jarak, tentu biaya produksi mengelola lahan sawah harus meningkat dua kali lipat.

“Pemerintah pernah mencoba menerapkan subsidi untuk program ini. Tapi ‘kan memang tidak bisa terus menerus,” aku dia.

Load More