Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 10 Agustus 2021 | 14:05 WIB
Ilustrasi prostitusi online. (Shutterstock) Pandemi Picu Prostitusi Online Marak, Targetnya Anak Baru Gede

SuaraSumsel.id - Kekerasan dengan korban perempuan dan anak-anak makin marak di media sosial. Praktek yang menjuru prostitusi online ini, menargetkan anak baru gede (ABG). Belakangan, diketahui prostitusi dengan melibatkan ABG ini memanfaatkan media sosial, smartphone dalam operasinya.

Mereka rata-rata menggunakan aplikasi, juga mengenalkan diri atau menggunakan jasa penghubung praktek tersebut.

Pengamat Sosial Sumsel, Musthafa Andika Yudha Pratama mengungkapkan prostitusi online sudah lama terjadi dan usia partisipan beragam. Di masa pandemi saat ini, perekonomian masyarakat juga makin terjepit karena tidak menutup kemungkinan kebutuhan ekonomi menjadi faktor penyebabnya. 

Terlebih pada usia dini, mereka beranggapan uang senilai ratusan ribu hingga jutaan termasuk bernilai besar.

Baca Juga: PPKM di Palembang Diperpanjang hingga 23 Agustus, Begini Perubahannya

“Seperti nominal yang disebutkan bagi anak SMP dan SMA kan besarnya, siapa yang ngasih uang sebanyak itu perharilah setidaknya,”kata pengamat sekaligus dosen STIA Bala Putra Dewa Palembang tersebut.

Memang, yang menjadi faktor utama ialah ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau untuk menunjang gaya hidup.

“Usia remaja jadi masa dimana ingin menunjukkan eksistensi, ingin terlihat bergaya dan keren. Untuk menunjang itu mereka membutuhkan materi yang mirisnya ditempuh dengan cara demikian" ujar ia.

ILUSTRASI - Artis TA ditangkap aparat Subdit V Siber Ditreskrimsus Polda Jabar, karena diduga terlibat dalam kasus prostitusi online.

Tak bisa dipungkiri, seiring berkembangnya media sosial perkembang praktek prostitusi ikut membuntut di belakangnya. Prostitusi dapat ditemui pada media online, pada berbagai sosial media sampai munculnya aplikasi-aplikasi kencan.

“Aplikasi me chat juga salah satunya, tapi tak hanya itu sebenarnya sudah mudah didapatkan prostitusi online itu termasuk media instagram dan twitter,”terang ia.

Baca Juga: Penampakan Bangunan Makam Akidi Tio di Talang Kerikil Palembang

Menurut pendapat ia, banyak praktek prostitusi online yang sebenarnya sudah lama namun tidak semuanya sampai terendus kepermukaan.

Tak berbeda halnya dengan Palembang, bahkan praktek ini juga terjadi di berbagai daerah sehingga tidak bisa dikategorikan tinggi atau rendahnya angka aktivitas ilegal tersebut di kota ini.

Menyoroti hal ini, Pusat Pembelaan Perempuan dan anak mengungkapkan fakta jika aktivitas demikian meningkat seiring pandemi COVID 19.

Menurut Direktur Pusat Pembelaan Perempuan dan Anak, Women Crisis Center (WCC), Yenni Roslaini Izi prostitusi ini meningkat seiring pandemi dengan banyak faktornya.

Ia mengungkapkan faktor utama ialah, hampir seluruh aktivitas anak-anak terutama anak baru gede dihabiskan dengan selancar di media sosial, termasuk bagaimana mereka memulai mengenal lawan jenis, lalu menjalin hubungan dengan berpacaran.

Dengan makin banyak aktivitas di smartphonenya, berbagai potensi bertemu dengan jaringan prostitusi online makin terbuka. Apalagi, sifat anak-anak dengan sifat dasarnya mengetahui banyak hal, sehingga cendrung melakukan hal-hal bermula dari keingintahuan atau keisengan.

Setelah bertemu itu, ia menemukan orang-orang yang mulai dipercayanya. Kemudian menjadi pacar, teman dekat dan atau lainnya.

Dari situ, dikenalkan bagaimana ada aktivitas yang bisa menghasilkan uang. Apalagi, bermain di smartphone tentu membutuhkan pulsa atau uang membeli kuota pulsa.

Belum lagi, bicara dengan gaya hidup.

Dari pengalaman WCC mendampingi, pada tahun ini, Kekerasan Berdasarkan Gender Online meningkat. Kekerasan Berdasarkan Gender Online atau KBGO mengalami peningkatan hampir 300 persen.

Modusnya sama, korban anak-anak ini terjebak dari orang-orang yang ia percaya saat bertemu di media aplikasi, atau media sosialnya.

"Tahun 2020, WCC mendampingi 37 kasus, sedangkan tahun sebelumnya hanya 8 kasus. Korbannya ialah perempuan dan anak-anak," pungkasnya.

Kontributor: Fitria

Load More