Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 22 April 2021 | 14:01 WIB
Rusun ilir Palembang [Fitria/Suara.com] Problematika Rusun Ilir Palembang, Hunian Strategis Tak Kunjung Dibenahi

SuaraSumsel.id - Hunian padat penduduk dengan lokasi yang strategis menjadi daya tarik rumah susun di ilir Palembang, Sumatera Selatan ini. Sayangnya meski berada di jantung kota, kesan kumuh, kurang terawat hingga merupakan bangunan tua melekat di kawasan ini.

Kini usianya hampir 37 tahun. Pada tahun 2015 lalu, Perusahaan Umum Perumahan Nasional atau Perumnas pun telah berniat merevitalisasi kawasan hunian namun belum juga teralisasi. Konsep hunian rumah modern itu kandas saat tahun 2018, Perumnas mengubah alokasi anggarannya.

Perumnas lebih memilih membangun hunian di kawasan Jakabaring guna mendukung perhelatan Asian Games ke 18 Palembang.

Rencana revitalisasi kawasan rumah susun atau dikenal dengan rusun ini juga diungkap Lurah 24 Ilir, Firdaus Putra. 

Baca Juga: Setuju Konsep Ancol Pulau Kemaro, Herman Deru: Sumsel Ini Haus Wisata

Ia mengklaim rencana revitalisasi didukung warga. Setidaknya 95 persen warga sudah menyerahkan sertifikat kepemilikannya ke pihak Perumnas.

“Terakhir saya tahu, ada pengukuran. Namun pengukuran untuk apa, saya juga tidak mengetahui,” ujarnya kepada suarasumsel.id, Rabu (21/4/2021).

Ia menyebut kawasan rumah susun ini luas. Selain strategis, rusun ilir Palembang juga padat menduduk.

Di kelurahan 24 Ilir saja, terdapat 37 blok dengan tiga tipe bangunan, mulai dari tipe 18 yang berukuran 3 meter x 6 meter, lalu tipe 36 dan tipe 54. Sehingga jika dijumlahkan terdapat sekitar 2.176 hunian rusun.

Sedangkan di kelurahan 25 Ilir, terdapat 1.456 hunian dengan tipe 18, 480 unit hunian dengan tipe 36 dan 240 hunian dengan tipe 54.

Baca Juga: Kasus Perawat Dianiaya, PPNI Sumsel: Kasus Hukum Diteruskan Meski Memaafkan

Kawasan rusun Palembang [Fitria/Suara.com]

“Sempat Perumnas menjanjikan revitalisasi, warga akan diberi uang sewa untuk biaya sewa selama dua tahun, yakni waktu yang diperlukan untuk membangun. Setelah selesai dibangun, warga akan ditempatkan di blok rusun di belakang mal PIM,” terang ia.

Sedangkan blok rusun yang berada dekat kantor Lurah 24 Ilir yakni Jalan Radial, rencananya akan dibangun hunian premium dan bisnis.

“Tak hanya itu saja, Perumnas juga menjanjikan lingkungan yang sehat dan asri. Revitalisasi rusun akan dibuat taman, keamanan terjamin serta jalur masuk akan menjadi satu arah,” bebernya.

Menurut Firdaus, revitalisasi rusun sudah saatnya dilakukan pemerintah, apalagi pemerintah pusat juga memiliki program revitalisasi objek lainnya, seperti Sungai Lambidaro dan Lebak Cindo yang lokasinya berdekatan dengan rumah susun.

Salah satu warga, Desi mengungkapkan hal yang sama. Menurut ia, sudah bertahun-tahun, warga dijanjikan Perumnas agar dilakukan revitalisasi, namun belum juga terwujud.

“Janjinya warga yang memiliki sertifikat akan mendapatkan ganti rugi, namun jika mendapatkan uang sewa maka kemungkinan warga tidak dapat apa-apa, hanya pinda sesaat saja,” ujar dengan nama yang sedikit disamarkan.

Padahal, kepemilikan sertifikat yang dimiliki warga hanya sebatas Hak Guna Bangunan alias HGB yang sudah habis massanya pada tahun 2013. HGB rumah susun tersebut hanya 20 tahun dan belum diperpanjang hingga saat ini.

Sehingga, Pemerintah melalui Perumnas juga sebenarnya tidak memiliki kewajiban memberikan ganti rugi kepada warga.

Menanggapi hal itu, Desi menolaknya. Menurut ia, warga belum bersedia pindah karena terlanjur nyaman tinggal di rusun yang letak strategis.

“Rusun itu strategis, kiri ada mal transmart, kanan ada pasar 25 ilir, ke depan ada mal juga, ke arah belakang dekat dengan Kambang Iwak, pusat alun-alun kota,” ungkapnya.

Desi yang sudah lama tinggal di Rusun tepatnya 1987, mengaku Rusun sudah menjadi bagian kehidupannya turun temurun bersama keluarga.

Rumah Susun Palembang [Fitria/Suara.com]

Pada 34 tahun silam, Desi membeli rusun hanya seharga Rp 10 juta untuk tipe 54. Ia membayar secara bertahap dengan cicilan hanya Rp 87.000 perbulan selama 15 tahun. Fasilitas yang ia dapat pun sama seperti rumah pada umumnya, listrik dan air bersih dari PDAM.

“Setelah membayar sebanyak itu, saya jelas tidak setuju rusun dibongkar tanpa ganti rugi. Tentu kami juga akan melawan,” cetusnya.

Ia mengungkapkan selama fasiltas air dan listrik masih tersedia menjadi alasan untuk tinggal di rusun. 

“Jika ada yang kumuh dan kotor, maka bersihkan di rumah kita saja masing-masing. Terpenting rumah kita yang bersih, jika kumuh di tempat lain, juga bukan urusan kita,” terangnya.

Sementara untuk mempercantik bangunan yang ditempati, ia juga sering mengecatnya agar terlihat tidak telalu kumuh.“Mungkin Pemerintah tengah mencari investor besar guna merevitalisasi rusun,” ujarnya optimis.

Kontributor: Fitria.

Load More