Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Minggu, 28 Februari 2021 | 10:39 WIB
Pedagang warung apung di Palembang {Fitria/suara.com]

SuaraSumsel.id - Situasi pandemi yang sudah hampir satu tahun berlangsung memukul sendi ekonomi, terkhusus bagi para pedagang usaha kecil (mikro).

Pembatasan sosial hingga akhirnya membatasi beberapa aktivitas usaha mengakibatkan pedagang kecil di Palembang, Sumatera Selatan harus bisa tertahan di tengah pandemi.

Berbagai upaya dilakukan guna memperpanjang nafas kehidupan, mensiasati dengan beragam cara hingga masih mampu tetap produktif. Begitu pula yang dilakukan pedagang usaha kecil di Kawasan Benteng Kuto Besak, Palembang.

Feri (36) Pedagang Oleh-oleh Palembang ini, menuturkan jika ia pun merasakan imbas atas situasi pendemi saat ini.

Baca Juga: Harga Karet Sumsel Terdongkrak Politik Minyak Arab Saudi

“Hidup harus terus berlanjut, kita harus terus berusaha walau sambil merangkak,” ujarnya di lapak pick up miliknya, Sabtu (27/2/2021).

Meskipun penghasilannya belum begitu pulih seperti sebelum virus corona menyerang, setidaknya kini sudah membaik dari pada saat awal-awal virus tersebut datang.

“Syukurlah sekarang mulai merangkak lagi, walau belum berjalan seperti semula, sudah ada kenaikan lagi sekitar 30%,” akunya.

Untuk menunjang kehidupannya, selama ini Feri bersama istrinya berusaha mencari tambahan dengan berjualan online melalui akun sosial media.

“Karena sempat dilarang berjualan (BKB) akibat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), jadi mulai berjualan online menambah jualan sepatu juga sebagai tambahan,” lanjutnya sembari merapikan barang dagangannya.

Baca Juga: Bisa Tonton Pelantikan Enam Kepala Daerah di Sumsel pada Link YouTube Ini

Saat ini, BKB yang menjadi destinasi wisata Palembang masih dalam pengawasan Satuan Pol-PP guna menghindari kerumumunan.

Dengan alasan meminimalisir penularan Covid-19, petugas melakukan penertiban bagi para pedagang di pelataran BKB ini.

Tidak jauh beda dengan Feri, Umur Harun (62) pemilik warung apung Mang Ujuk juga merasakan hal yang sama. Pendapatannya, harus menurun hingga merasakan derita menanggung kerugian.

Umur Harun yang tergolong tak lagi muda membuatnya tak mampu membuat strategi lain seperti berjualan online atau mencari tempat lain untuk menutup kekurangan penjualannya.

“Mana bisa ngerti jualan online seperti itu,”katanya di muka perahu apung miliknya.

Pedagang oleh-oleh Palembang [Fitria/Suara.com]

Saat pandemi melanda dan pemberlakukan PSBB di BKB, Harun terpaksa tutup selama empat bulan dan hanya berdiam diri di rumah. Beruntung, karena pempek dagangannya sudah dikenal banyak orang terkadang ada pelanggan memesan untuk dibawa ke kampung halaman.

“Ya kadang ada pesanan pempek untuk dibawa mudik ke Lampung atau daerah-daerah, biasanya bisa sampai ratusan ribu,” ungkapnya.

Ia pun mengatakan, berdagang pempek di warung apung ini merupakan satu-satunya sumber pencaharian, sehingga mau tidak mau menerima situasi pandemi saat ini.

“Hanya bisa pasrah, dari sinilah kami bisa menyambung hidup,” pungkasnya.

Kontributor: Fitria

Load More