Kemudian terjadi migrasi warga Tionghoa ke nusantara secara besar-besaran mulai dari abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-19. Mereka yang berasal dari propinsi Fukien bagian selatan adalah suku bangsa Hokkien yang 50 persen dari mereka adalah pedagang,
"Selebihnya bekerja sebagai petani dan nelayan tergantung di mana mereka tinggal," sambung Kemas.
Sedangkan yang berasal di propinsi Kwantung yaitu orang Hakka yang sebagian menjadi pengusaha industri kecil dan bekerja di pertambangan.
Orang-orang Teo-Chiu kebanyakan bekerja sebagai petani sayur-sayuran dan menjadi kuli-kuli perkebunan di daerah daerah perkebunan.
Orang-orang Tionghoa (Teo Chiu) di Palembang dikenai dengan panggilan Cina Kebon. Hal ini sesuai pekerjaan yang ditekuni oleh sebagian besar orang-orang China dan latar belakang sejarah mereka yang pada mulanya didatangkan sebagai petani perkebunan di Sumatera Timur.
Orang-arang Kwong Fu di Pulau Jawa lebih dari 40 persen menjadi pengusaha dan pemiiik industri kecil dan perusahaan dagang hasil bumi.
"Di pulau Bangka mereka sebagai pekerja tambang, sedangkan di Palembang mereka bekerja sebagai tukang di perindustrian, dan mereka yang tinggal di rakit disebut dengan Cina Rakit," kata ia.
Berpindahnya orang-orang Tionghoa ke Nusantara atau Palembang berhubungan erat dengan jalur pelayaran tradisional yang sangat tergantung pada hembusan angin muson.
"Menurut Van Leur bahwa jalur pelayaran atau perdagangan selain berdampak terhadap perdagangan (perekonomian) juga berdampak terhadap kondisi sosial, budaya dan agama," sambungnya.
Baca Juga: Pengamanan Puluhan Klenteng dan Vihara di Palembang Diperketat
Rute perjalanan biasanya memutar, berangkat dari dari negeri Cina, menyusuri pesisir Indo China, Thailand, semenanjung Melayu, Tumasik/Singapura.
Sampai di sini rute peiayaran terpecah menjadi dua, yakni menuju Asia Tengah dan ke arah selatan, rute ke selatan akan menyusuri Pulau Sumatera melalui Selat Bangka, pesisir utara Pulau Jawa hingga Surabaya dan Madura.
Rute perjaianan pulang bertolak dari timur Pulau Jawa, menyeberangi laut Jawa, Selat Karimata, menyusuri Kalimantan Barat, Brunei, menyeberang ke Palawan, Luzon. dam Taiwan kemudian kembali ke daratan China.
Pada masa awal para imigran terdiri dari para pedagang yang ikut serta dalam rombongan atau utusan kekaisaran China yang melakukan perjalanan muhibah untuk meninjau wilayah taklukan dan daerah yang mengakui pertuanan China sebagai penguasa perairan.
"Meskipun pada awalnya mereka tidak berniat mati di daerah perantauan, namun mereka dinilai telah melanggar ajaran kepercayaan Xiao dan Zhong. Mereka dianggap sebagai kaum yang terbuang, di mata hukum mereka dianggap sebagai pelarian politik yang melanggar undang undang negara dengan ancaman hukum pancung bila kembali ke kampung halaman," terang ia.
Sikap politik seperti ini telah dilaksanakan sejak zaman Kekaisaran Ming pada masa pemerintahan kaisar Tai-Tsu yang menerapkan politik isolasi dalam usaha melindungi negerinya.
Berita Terkait
-
Wow! Ternyata Pemilik Televisi Pertama di Cimahi Adalah Warga Tionghoa
-
Tekwan Palembang, Cocok Dimakan Saat Kumpul Imlek dengan Cuaca Mendung
-
Geger! Mahasiswi Palembang Ditemukan Tewas dengan Resleting Celana Terbuka
-
Benarkah Hujan saat Imlek Pertanda Berkah dan Keberuntungan?
-
Cerita Perayaan Imlek Warga Tionghoa Siak, dari Ritual hingga Kuliner Khas
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
Terkini
-
10 Mobil Bekas untuk Kebutuhan Harian Tangguh bagi Pembeli Budget Rp 90 Jutaan
-
Tonggak Baru Investasi Syariah: BRI-MI Resmikan KIK EBA Syariah Infrastruktur Pertama di BEI
-
9 Mobil Bekas Tahan Banting untuk Pengguna Berbudget Rp60 Juta
-
5 Cara Set Lipstik Biasa untuk Jadi Transferproof Pakai Bedak Tabur agar Tampilan Rapi
-
5 Mobil Bekas untuk Angkut Galon dan Gas bagi Pemilik Warung di Bawah Rp 40 Juta