SuaraSumsel.id - Wabah virus corona atau covid 19 telah setengah tahun di Indonesia. Upaya pencegahan terus disosialisasikan agar penyebarannya dapat diminimalisir guna menekan korban jiwa lebih banyak.
Itulah kenapa upaya pencegahannya selalu diingatkan dengan tiga hal sederhana, yakni wajib menggunakan masker, rajin mencuci tangan dan menjaga jarak aman dengan orang lain.
Bagi Mita, 21 tahun, mahasiswi universitas negeri di Palembang, kondisi pandemi virus memberikan banyak pelajaran baginya, terutama gaya hidup saling menjaga antar sesama.
Ia menceritakan sejak pandemi yang mengakibatkan korban jiwa di Palembang, dia semakin memahami bahwa menjaga kesehatan diri berarti juga menjaga keselamatan orang lain.
“Dahulu, kita egois ya, karena memahami kesehatan ialah kebutuhan sendiri. Tapi sejak pandemi, saya semakin memahami, jika menjaga kesehatan diri ialah bentuk menjaga orang-orang di sekitar kita,” ujarnya kepada suara.com, Sabtu (17/10/2020).
Mahasiswi kelahiran Palembang ini mengungkapkan kesadaran hidup bersih dan sehat sering dimaknai hanya sebagai upaya hidup bagi diri sendiri.
Itu kenapa seseorang akhirnya cendrung memiliki paradigma yang egois.
Ia mencontohkan ketika bertemu dengan seorang perokok, sering juga mereka marah saat diingatkan tentang asap rokoknya. Sifat egois muncul dengan dalih, bahwa jika merokok hanya akan merugikan sang perokok sendiri.
“Atau saat kita mengingatkan seorang pengendara sepeda motor agar menggunakan helm. Saat mereka lalai, akibatnya juga akan merugikan pengendara lainnya. Saat terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan lalu lintas, bisa jadi merugikan orang lain,” imbuhnya.
Baca Juga: KPU Sumsel Menilai Gugatan Petahana Ogan Ilir ke MA Sah
Di massa pandemi, Mita mengakui ia perlu peduli kepada orang lain. Seperti halnya, mengingatkan orang menggunakan masker, menjaga jarak dan protokol kesehatan lainnya.
“Awalnya terasa canggung. Apalagi, jika yang diingatkan malah menjadi kesal, seperti terasa tidak terima,” katanya.
Termasuk, sambung ia, kepada pengendara ojek online.
Sebagai mahasiswa yang sering tidak membawa kendaraan pribadi, Mita ialah pengguna setia ojek online. Pilihan transportasi ini dinilai lebih praktis saat mensiasati kemacetan di kota Palembang.
“Apalagi, saya juga lagi mencoba jadi pedagang produk kain Palembang. Pilihan transportasi akan membantu mobilitas agar cepat sampai tujuan,” ungkap ia.
Tapi, ia sempat khawatir memilih ojek online pada situasi pandemi dengan alasan keamanan protokol kesehatan. Saat kota Palembang dua kali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar, juga sempat menambah kekhawatiran ketika harus berkendara dengan ojek online.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Prabowo Datang ke Bangka, Ratusan Penambang Kepung Kantor PT Timah: Ini Soal Perut!
-
Bunga Bukan Cuma Buat Cewek, Kayu Bukan Cuma Buat Cowok. Bongkar Tren Parfum Genderless
-
Nyesek! Cuma Nunggak Paylater, KPR Ditolak? Ini 5 Cara 'Cuci Nama' di SLIK OJK
-
Masuk ke Night City: Ini Kumpulan Prompt AI untuk Gaya Cyberpunk Neon ala Blade Runner
-
Alih Kelola Smelter ke PT Timah: Solusi Strategis atau Beban Baru bagi BUMN Tambang?