Sekolah Tanpa Siswa? Sejumlah SD Negeri di Sumsel Cuma Mengajar 1-2 Murid Baru

Itulah kenyataan yang dialami sejumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan.

Tasmalinda
Rabu, 06 Agustus 2025 | 13:59 WIB
Sekolah Tanpa Siswa? Sejumlah SD Negeri di Sumsel Cuma Mengajar 1-2 Murid Baru
Seorang murid belajar sendirian di kelas

SuaraSumsel.id - Bayangkan sebuah ruang kelas dengan hanya satu bangku terisi.

Itulah kenyataan yang dialami sejumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan.

Di tengah semangat pemerintah untuk memperluas akses pendidikan, justru muncul ironi yakni sekolah-sekolah yang kekurangan murid.

Dua sekolah menjadi sorotan utama. SDN 71 di Kelurahan Gunung Dempo tahun ini hanya mendapatkan satu murid baru.

Baca Juga:Belum Capai Target 8 Persen, Ekonomi Sumsel Tumbuh Hanya 5,42 Persen, Ada Apa?

Sedangkan SDN 42 di Kelurahan Tumbak Ulas hanya menerima dua siswa baru untuk tahun ajaran 2025/2026. Bukan hanya tahun ini—tren minimnya pendaftar sudah terjadi selama lebih dari satu dekade.

“Tahun ini kami cuma dapat satu siswa baru, dan ini bukan pertama kalinya. Dulu tahun 2008 siswa kami mencapai 110 orang, tapi sekarang total dari kelas I sampai VI hanya 15,” ungkap Kusnin, Plt Kepala SDN 71, Selasa (6/8/2025).

Kondisi ini terjadi karena jumlah penduduk di sekitar sekolah menurun drastis, khususnya setelah pegawai PTPN 7 banyak yang pindah tugas.

Bangunan sekolah tetap berdiri megah, namun ruang-ruang kelas terasa sunyi, hanya diisi belasan anak dari enam tingkatan kelas.

Kondisi serupa terjadi di SDN 42 Karang Dapo, yang meskipun terletak di pusat kota, hanya berhasil menjaring dua murid baru.

Baca Juga:Kopi Asal Sumsel Diekspor ke Malaysia, Nilainya Tembus Rp1,2 Miliar

Total siswa di sekolah ini kini tinggal 18 orang.

“Kami sudah berusaha keras. Bahkan kami tawarkan ruang kelas untuk PAUD agar mereka bisa lanjut ke SD kami. Tapi PAUD sudah punya gedung sendiri,” ujar Elsa, S.Pd, Kepala SDN 42 melansir sumselupdate.com-jaringan Suara.com.

Ia menilai, penurunan jumlah penduduk usia produktif di sekitar sekolah jadi penyebab utama. “Anak-anak muda lebih memilih tinggal di kawasan perumnas atau daerah lain. Di sini makin sedikit anak-anak,” tambahnya.

Minimnya murid juga membuat jumlah guru tampak tidak sebanding. Di SDN 71, terdapat 7 guru yang mengajar hanya 15 siswa. Sementara kualitas guru sebenarnya tidak jadi masalah. Para guru rutin mengikuti pelatihan dan pengembangan kompetensi.

Namun, seperti diakui Elsa, permasalahan bukan hanya pada kualitas guru, melainkan sudah menyangkut persoalan demografi dan distribusi siswa. Ia berharap zonasi ulang atau strategi distribusi peserta didik bisa menjadi solusi, karena tanpa murid, semua program pendidikan tak akan berarti.

Fenomena serupa juga terjadi di SDN lain seperti SDN 17 Prahu Dipo, SDN 63 Muara Sindang, dan SDN 52 Padang Temu yang hanya menerima 3–4 murid baru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak