Prof. Dr. Duski Ibrahim, M.Ag, yang turut hadir sebagai mentor kajian, menyarankan agar pitis dapat dicetak ulang dan dijadikan suvenir khas Palembang, dengan melibatkan Dinas Pariwisata setempat.
“Bayangkan jika wisatawan datang ke Palembang dan bisa membawa pulang pitis sebagai oleh-oleh bersejarah. Ini bukan hanya meningkatkan ekonomi kreatif, tetapi juga membangkitkan memori sejarah kolektif masyarakat,” ujar Prof. Duski.
Peradaban Lokal
Di era digital dan serba instan seperti saat ini, kajian seperti ini menjadi pengingat bahwa ekonomi masyarakat tidak selalu lahir dari sistem global.
Baca Juga:Inflasi Sumsel Naik Tipis, Tapi Masih Aman! Ini Langkah Pemerintah Kendalikan Harga Pangan
Dalam ruang-ruang kecil peradaban lokal seperti Kesultanan Palembang Darussalam, pernah tumbuh sistem moneter yang terorganisir, kuat, dan bermakna yang tercatat tak hanya dalam logam koin, tetapi juga dalam naskah-naskah kuno yang penuh nilai.
Kini, di tengah derasnya pinjaman online dan uang digital, pitis mungkin hanya tinggal sejarah.
Tapi berkat kajian seperti ini, ia bukan lagi sekadar artefak, melainkan penanda peradaban yang pernah berjaya di tanah Melayu.