Penutupan Festival Bulan Juni 2025 di Palembang, Suara Perlawanan Kolektif Menggema

Festival Bulan Juni 2025 resmi ditutup pada Minggu malam (29/6) di Rumah Sintas Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).

Tasmalinda
Selasa, 01 Juli 2025 | 18:47 WIB
Penutupan Festival Bulan Juni 2025 di Palembang, Suara Perlawanan Kolektif Menggema
festival bulan juni di Palembang ditutup

SuaraSumsel.id - Festival Bulan Juni 2025 resmi ditutup pada Minggu malam (29/6) di Rumah Sintas Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).

Acara penutupan bertajuk Closing Festival ini bukan sekadar seremoni, tetapi menjadi malam penuh refleksi, pertunjukan seni, dan momen menghangatkan solidaritas antar komunitas yang telah mengisi festival selama sebulan penuh.

Digelar sejak awal Juni, Festival ini menjadi ruang bernafas bagi isu-isu yang jarang mendapat panggung, mulai dari krisis lingkungan, hak atas ruang hidup, hingga kebebasan berekspresi.

Dalam acara puncak, berbagai komunitas tampil secara kolektif dalam art performance, berbagi cerita dan pelajaran selama festival, dan membangun jalinan emosional dalam malam keakraban bertema bonding night.

Baca Juga:Sriwijaya Economic Forum 2025: BI Sumsel Fokuskan Strategi Ketahanan Pangan Berkelanjutan

Pardesela: Festival Ini Bukan Sekadar Perayaan, Tapi Perlawanan yang Kolektif

Dalam pernyataannya, Pardesela, salah satu penggagas utama festival menyebut bahwa Festival Bulan Juni bukan hanya ajang seni, melainkan juga ruang untuk menyuarakan keresahan atas berbagai isu penting yang dialami masyarakat sipil hari ini.

“Ini ruang berjumpa, ruang berekspresi, dan ruang kolektif yang kami ciptakan sendiri. Isu lingkungan, ruang hidup, hingga kebebasan berekspresi tak bisa disuarakan sendirian,” ujarnya dengan lantang.

Selama satu bulan penuh, festival ini menghadirkan lokakarya, pemutaran film, diskusi publik, serta pertunjukan seni dari berbagai komunitas.

Sorotan utama tetap pada krisis ekologi, hak masyarakat adat, dan perlindungan terhadap ruang hidup yang terus terancam alih fungsi dan ekspansi industri.

Baca Juga:SEF 2025: Sumsel Produksi Padi Ke 5 Nasional, Tapi Indeks Ketahanan Pangan Terpuruk?

Malam Penutupan Sarat Simbol: Seni sebagai Bahasa Perlawanan

Penampilan seni yang disuguhkan malam itu bukan semata pertunjukan, tapi menjadi bentuk ekspresi atas keresahan yang dirasakan bersama.

Mulai dari puisi, teater gerak, hingga instalasi visual, semua menyampaikan pesan kuat tentang keterhubungan manusia dan alam.

Atmosfer yang hangat dan reflektif menciptakan momen di mana para peserta dan pengunjung bisa saling terhubung, menyampaikan pesan-pesan personal, hingga saling menguatkan dalam perjuangan kolektif.

Rumah Sintas: Ruang Aman yang Terus Bertumbuh

Dipilih sebagai lokasi penutupan, Rumah Sintas Palembang semakin dikenal sebagai ruang aman yang mewadahi kreativitas, advokasi, dan solidaritas komunitas akar rumput di Sumatera Selatan.

Festival Bulan Juni membuktikan bahwa ruang alternatif seperti ini sangat dibutuhkan di tengah semakin sempitnya ruang berekspresi publik yang bebas dan inklusif.

Festival Bulan Juni 2025 telah menjadi bukti bahwa seni dan aktivisme bisa berjalan beriringan.

Di tengah tantangan zaman, ruang seperti ini menjadi sangat penting untuk menjaga keberagaman suara, memperkuat solidaritas komunitas, dan menyuarakan hal-hal yang tak bisa dibungkam.

Dari Palembang, suara lingkungan dan kebebasan berekspresi terus menggema.

Sampai jumpa di Festival Bulan Juni tahun depan, teman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini