SEF 2025: Sumsel Produksi Padi Ke 5 Nasional, Tapi Indeks Ketahanan Pangan Terpuruk?

Forum ini mengusung tema strategis: Akselerasi Program Swasembada Pangan untuk Mewujudkan Ketahanan Ekonomi Sumatera Selatan yang Berkelanjutan.

Tasmalinda
Senin, 30 Juni 2025 | 17:52 WIB
SEF 2025: Sumsel Produksi Padi Ke 5 Nasional, Tapi Indeks Ketahanan Pangan Terpuruk?
Ketiga narasumber dalam Sriwijaya Economic Forum (SEF) 2025 yang diselenggarakan Bank Indonesia

SuaraSumsel.id - Tantangan ketahanan pangan menjadi isu sentral dalam pembangunan ekonomi daerah saat ini.

Menyadari pentingnya isu tersebut, Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan menyelenggarakan Sriwijaya Economic Forum (SEF) 2025 pada Senin, 30 Juni 2025 di Hotel The Zuri Palembang.

Forum ini mengusung tema strategis: “Akselerasi Program Swasembada Pangan untuk Mewujudkan Ketahanan Ekonomi Sumatera Selatan yang Berkelanjutan.”

Diskusi di Sriwijaya Economic Forum (SEF) 2025 menghadirkan tiga narasumber nasional yang sarat pengalaman di bidang pertanian dan ekonomi. Prof. H. Benyamin Lakitan, M.Sc., Ph.D. dari Universitas Sriwijaya membuka wawasan tentang pentingnya riset pertanian berbasis lokal sebagai fondasi ketahanan pangan.

Baca Juga:Mengejutkan! Angka Kesakitan Sumsel Naik Drastis, Tapi Laki-laki Lebih 'Kuat' dari Perempuan?

Kritik tajam disampaikan oleh Prof. Dr. Hermanto Siregar, M.Ec., Guru Besar IPB, yang menyoroti paradoks Sumatera Selatan sebagai provinsi produsen padi terbesar kelima secara nasional, namun masih berada di peringkat ke-25 dalam indeks ketahanan pangan.

Ia menyebut persoalan ini erat kaitannya dengan ketimpangan pembangunan antara kota dan desa, serta minimnya pelibatan generasi muda dan teknologi dalam sektor pertanian.

“Produksi kita tinggi, tapi indeks ketahanan pangan rendah. Ini karena persoalan distribusi, keterbatasan teknologi, dan masih minimnya peran generasi muda di sektor pertanian. Di sinilah pentingnya kolaborasi,” ungkap Prof. Hermanto.

Sementara itu, Dr. Ir. Suwandi, M.Si., Staf Ahli Menteri Pertanian RI, menekankan perlunya investasi dan kolaborasi lintas sektor dalam mengakselerasi swasembada pangan di daerah.

Kepala Perwakilan BI Sumsel, Bambang Pramono, dalam paparannya menyoroti posisi strategis Sumsel sebagai produsen padi terbesar kelima nasional pada 2024.

Baca Juga:Rayakan Ultah ke 38, Rayi RAN Galang Dana untuk Sekolah Rusak di Pedalaman Sumsel

Namun, ironinya, Indeks Ketahanan Pangan Sumsel justru masih berada di peringkat ke-25 secara nasional, menjadi refleksi bahwa produksi tinggi belum tentu diiringi distribusi dan konsumsi yang berkeadilan.

Tak sekadar seremonial, forum ini menjadi platform kolaboratif yang mempertemukan pemangku kepentingan—mulai dari lembaga vertikal, OPD, perbankan, akademisi, hingga asosiasi untuk berdiskusi dan memperkuat sinergi pembangunan ekonomi daerah berbasis pertanian dan ketahanan pangan.

Acara ini dibuka oleh Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Selatan, Drs. H. Edward Candra, M.H., yang menegaskan bahwa ketahanan pangan adalah bagian dari delapan prioritas pembangunan nasional (Asta Cita) Presiden RI.

Ia juga menyoroti program unggulan daerah seperti Optimasi Lahan Rawa (Oplah), Cetak Sawah Mandiri, dan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) sebagai bentuk konkret menuju swasembada pangan.

Menurutnya upaya ini tidak hanya meningkatkan produksi padi, tetapi juga memberdayakan rumah tangga dan kelompok tani agar mandiri.

SEF 2025 juga menjadi bagian dari rangkaian besar “Road to 6th Sumatranomics”—sebuah gerakan akselerasi pertumbuhan ekonomi Sumatera melalui riset, inovasi, dan ide-ide segar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini