Eks Pelatih SFC Singgung Klub Baru Liga 2: Jangan Proyek Instan, Termasuk Sumsel United?

Banyak klub baru bermunculan, namun tidak sedikit yang muncul dari proses akuisisi atau perpindahan lisensi dari klub lama.

Tasmalinda
Rabu, 18 Juni 2025 | 20:02 WIB
Eks Pelatih SFC Singgung Klub Baru Liga 2: Jangan Proyek Instan, Termasuk Sumsel United?
Rahmad Darmawan. [Ist]

SuaraSumsel.id - Fenomena jual beli lisensi klub sepak bola kembali menjadi sorotan tajam di tengah transformasi sepak bola Indonesia.

Banyak klub baru bermunculan, namun tidak sedikit yang muncul dari proses akuisisi atau perpindahan lisensi dari klub lama.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi para pecinta sepak bola, termasuk dari sosok berpengalaman seperti Rahmad Darmawan yang pernah melatih Sriwijaya FC.

Akrab disapa RD itu memberikan pesan penting kepada para pengelola klub-klub baru agar tidak hanya sekadar membeli lisensi, mengubah nama, lalu menghilang begitu saja dalam kurun waktu singkat.

Baca Juga:Sumsel United Mulai Latihan 23 Juni, Ini Target Besar dan Pemain Incarannya

“Buat saya, fenomena ini tentu harus menjadi hal yang tidak hanya temporer, tapi bisa dipertahankan dalam waktu yang lama. Jangan sampai kesannya ada kesempatan menjual, ya dijual lagi. Ada kesempatan membeli, ya beli lagi,” ujar RD melansir ANTARA, Selasa (17/6/2025).

RD menegaskan bahwa mendirikan sebuah klub bukan hanya soal bisnis atau gengsi, melainkan juga tanggung jawab membangun identitas daerah. Klub sepak bola, menurutnya, bukan sekadar tim di lapangan, tetapi juga representasi kebanggaan masyarakat setempat.

Keprihatinan ini mencuat setelah Kongres Biasa PSSI 2025 secara resmi mengesahkan perubahan nama dan domisili tujuh klub Indonesia, sebuah fenomena yang kembali memantik diskusi panjang di kalangan pecinta sepak bola nasional.

Dalam keputusan tersebut, sejumlah klub dengan sejarah dan basis pendukung lokal harus rela 'berganti wajah' demi kepentingan bisnis dan strategi pasar.

Bhayangkara Presisi FC, misalnya, kini resmi bermarkas di Bandar Lampung dengan nama baru Bhayangkara Presisi Lampung FC.

Baca Juga:Ini Susunan Pengurus Sumsel United: Ada Herman Deru hingga Pengusaha Alvin Bomba

Begitu pula Persikas Subang yang berganti menjadi Sumsel United dan kini akan berbasis di Palembang, membawa harapan baru sekaligus pertanyaan dari para suporter lokal.

Fenomena serupa juga terjadi pada Tornado FC Pekanbaru yang kini bermarkas di Kendal dengan nama Kendal Tornado FC.

Tidak ketinggalan PS Maluku berganti menjadi Kediri United, Sumut United berubah menjadi Pesikad Depok, NZR Sumbersari berpindah ke Kutai Timur dengan nama Persikutim United, serta PSKC Cimahi yang kini bernama Garudayaksa FC di Bekasi.

Perubahan masif ini memunculkan kekhawatiran tentang bagaimana masa depan identitas klub dan loyalitas pendukung akan terjaga, atau justru terkikis oleh kepentingan jangka pendek.

Bagi pelatih sekaliber Rahmad Darmawan, kondisi ini menjadi sinyal agar sepak bola Indonesia tidak hanya dilihat dari sisi bisnis semata, tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai historis, emosional, dan kebanggaan lokal yang melekat dalam sebuah klub sepak bola.

Menurut RD, praktik ini memang tidak melanggar regulasi, tetapi penting bagi manajemen klub untuk berkomitmen jangka panjang, agar klub tersebut betul-betul menjadi bagian dari kultur sepak bola daerah yang baru.

“Kalau mau membangun, bangunlah jangka panjang. Jangan sampai ini jadi semacam proyek musiman saja,” lanjutnya.

Contoh klub yang sukses membangun identitas meski berasal dari akuisisi lisensi adalah Malut United, yang dulu merupakan perubahan dari Putra Delta Sidoarjo.

Kini, Malut United menjelma menjadi kebanggaan masyarakat Maluku Utara.

Bahkan, mereka berhasil finis di peringkat ketiga Liga 1 musim 2024/2025, sebuah prestasi luar biasa untuk tim yang baru berdiri resmi dua tahun lalu.

RD juga memiliki pengalaman serupa ketika melatih RANS Nusantara FC, klub milik Raffi Ahmad yang dulunya bernama Cilegon United.

Perjalanan panjang dengan investasi dan pembinaan yang serius membuktikan bahwa perubahan identitas klub bukan masalah jika dibarengi komitmen membangun jangka panjang.

Namun, ia berharap tidak semua klub mengejar hasil instan dengan berpindah-pindah tanpa arah. "Klub itu gambaran identitas daerah, harus dipertahankan," tutup RD.

Pesan ini menjadi peringatan bagi dunia sepak bola Indonesia agar tidak kehilangan ruh dan sejarahnya di tengah derasnya arus investasi dan transformasi sepak bola modern.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Bola

Terkini

Tampilkan lebih banyak