Larangan Puasa di Hari Tasyrik, Ternyata Ini Makna dan Pesan Keberkahannya

Setelah gemuruh takbir Iduladha bergema, umat Muslim di seluruh dunia memasuki hari-hari yang dikenal sebagai Hari Tasyrik.

Tasmalinda
Sabtu, 31 Mei 2025 | 23:27 WIB
Larangan Puasa di Hari Tasyrik, Ternyata Ini Makna dan Pesan Keberkahannya
larangan berpuasa di hari tasyrik

SuaraSumsel.id - Setelah gemuruh takbir Iduladha bergema, umat Muslim di seluruh dunia memasuki hari-hari yang dikenal sebagai Hari Tasyrik.

Tiga hari istimewa ini—tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah—memiliki kedudukan dan makna tersendiri dalam syariat Islam, terutama terkait dengan sebuah larangan penting: puasa.

Bagi sebagian orang, larangan ini mungkin menimbulkan pertanyaan, mengapa di hari-hari yang masih bernuansa ibadah haji dan kurban ini justru tidak diperbolehkan berpuasa?

Jawabannya terletak pada esensi perayaan dan penghormatan terhadap nikmat Allah SWT.

Baca Juga:Tiga Contoh Khutbah Idul Adha 2025

Mengenal Hari Tasyrik: Hari Makan dan Minum

Secara etimologis, "tasyriq" berasal dari kata syarraqa yang berarti menjemur daging.

Dahulu kala, di hari-hari ini, jemaah haji dan masyarakat yang berkurban akan menjemur daging kurban mereka di bawah sinar matahari untuk diawetkan, mengingat belum adanya teknologi pendingin modern.

Namun, lebih dari sekadar aktivitas fisik, makna "tasyriq" kini merujuk pada "hari-hari menjemur" atau "hari-hari memancarkan cahaya", melambangkan kegembiraan dan syukur.

Dalam Islam, Hari Tasyrik adalah kelanjutan dari perayaan Iduladha. Rasulullah SAW dengan tegas menyatakan mengenai hari-hari ini:

Baca Juga:Kapan Orang Berkurban Dilarang Potong Kuku dan Cukur Rambut?

"Hari-hari tasyrik adalah hari-hari makan dan minum, serta berzikir kepada Allah." (HR. Muslim)

Hadis ini menjadi pondasi utama larangan berpuasa. Ini bukan sekadar larangan sepihak, melainkan perintah untuk menikmati karunia Allah, merayakan kebersamaan, dan meningkatkan zikir serta syukur.

Mengapa Puasa Dilarang? Perspektif Syariat dan Hikmahnya

Larangan puasa pada Hari Tasyrik mencakup segala jenis puasa, baik puasa wajib (seperti qadha Ramadhan yang belum sempat diselesaikan) maupun puasa sunah (seperti puasa Senin-Kamis atau puasa Arafah yang dilakukan di hari-hari lain).

Para ulama sepakat tentang keharaman berpuasa di hari-hari tersebut berdasarkan dalil-dalil yang kuat dari Al-Qur'an dan Sunnah.

Waspadai Penyakit Menular dari Hewan Kurban Saat Idul Adha (Freepik)
Waspadai Penyakit Menular dari Hewan Kurban Saat Idul Adha (Freepik)

Beberapa hikmah di balik larangan ini antara lain:

  1. Perayaan Kemenangan dan Syukur: Hari Tasyrik adalah bagian dari perayaan Iduladha, yang melambangkan kemenangan Nabi Ibrahim AS dalam menjalankan perintah Allah serta semangat pengorbanan. Puasa di hari raya justru akan mengurangi esensi perayaan dan syukur atas nikmat kurban yang telah Allah anugerahkan.
  2. Hari Makan dan Minum: Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk bersukacita dan menikmati rezeki-Nya. Daging kurban yang dibagikan adalah bentuk karunia Allah yang harus disantap dan disyukuri, bukan ditahan dengan berpuasa. Ini adalah waktu untuk menikmati kebaikan hidup dan berbagi kebahagiaan.
  3. Keringanan dari Allah: Larangan puasa ini juga menunjukkan kemudahan dan keringanan dalam beragama Islam. Setelah beribadah qurban, Allah tidak memberatkan hamba-Nya dengan puasa, melainkan menganjurkan untuk menikmati makanan dan minuman.
  4. Zikir dan Taqarrub: Meski dilarang puasa, Hari Tasyrik adalah momen untuk memperbanyak zikir kepada Allah, terutama takbir tasyrik yang dilantunkan setelah salat fardhu. Ini adalah waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui bentuk ibadah lain selain puasa, yaitu dengan syukur dan mengingat-Nya.
    Makna Lebih Dalam Bagi Umat Muslim

Bagi umat Muslim, Hari Tasyrik adalah pengingat bahwa ibadah tidak melulu tentang menahan diri (puasa), tetapi juga tentang menikmati anugerah Allah dengan penuh rasa syukur.

Ini adalah momen untuk mempererat tali silaturahmi dengan keluarga dan tetangga melalui hidangan kurban, serta merenungkan makna pengorbanan dan ketaatan.

Di hari-hari ini, kebahagiaan harus terpancar melalui hidangan yang lezat, tawa riang, dan zikir yang tak henti.

Maka dari itu, mari kita jadikan Hari Tasyrik sebagai momentum untuk merefleksikan diri, bersyukur atas nikmat yang melimpah, dan mempererat ukhuwah Islamiyah dengan sesama. Bukan dengan menahan lapar dan dahaga, melainkan dengan memanjatkan puji-pujian kepada Sang Pencipta atas segala karunia-Nya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini