Saat Hutan Menyusut, Perajin Rotan Bertahan dengan Bahagia: Perlawanan Sunyi dari Desa

Di bawah rindangnya pepohonan yang tumbuh subur di tepi Jalan Raya MuaraduaLiwa, tepatnya di Desa Gudang Gula, Kecamatan Simpang Sender, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

Tasmalinda
Selasa, 13 Mei 2025 | 17:48 WIB
Saat Hutan Menyusut, Perajin Rotan Bertahan dengan Bahagia: Perlawanan Sunyi dari Desa
Pengerajin rotan di Kecamatan Simpang Sender, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS).

Meski begitu, semangat kreativitas dan kerja keras tetap menyala, menjadikan desa ini sebagai pusat ketekunan dan adaptasi budaya di tengah tantangan zaman.

“Hutan sudah banyak yang rusak dan terbuka, sehingga rotan mulai terbatas. Kalau dulu, sebentar saja mencari rotan di hutan,” kata Siti.

Tradisi menganyam rotan bukan sekadar keterampilan tangan, tetapi merupakan warisan budaya yang telah melekat dalam kehidupan masyarakat Sumatera Selatan sejak berabad-abad silam.

Anyaman rotan digunakan untuk membuat berbagai peralatan penting dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari bakul, caping, tampi, hingga wadah penyimpanan hasil pertanian.

Baca Juga:Baru 3 Bulan Cerai, Wanita Muda di PALI Jadi Korban Nafsu Ayah Kandungnya Sendiri

Tak hanya batangnya yang dimanfaatkan, bagian umbut rotan pun menjadi sumber pangan alternatif yang dikonsumsi sebagai lalapan atau dimasak menjadi hidangan khas daerah.

Pengerajin rotan di Kecamatan Simpang Sender, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS)
Pengerajin rotan di Kecamatan Simpang Sender, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS)

Nilai rotan bagi masyarakat Sumsel bukan hanya fungsional, tetapi juga historis.

Sejarah mencatat bahwa rotan merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan internasional pada masa Kedatuan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang.

Dari sungai-sungai di pedalaman hingga pelabuhan besar di pesisir, rotan menjadi jembatan ekonomi dan budaya yang memperkaya peradaban lokal serta memperkenalkan keunggulan alam Sumatera Selatan ke dunia luar.

Mengutip Retno Purwanti, arkeolog yang banyak meneliti Kedatuan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang, salah satu komoditas penting dari Sumatera Selatan pada masa kejayaan dua kerajaan besar itu adalah getah jernang (Daemonorops draco BI), yang dikenal secara internasional sebagai “Dragon Blood”.

Baca Juga:56 Napi Diboyong ke Nusakambangan karena Ulah Brutal, Ini Dalih Menteri Imipas

Getah berwarna merah darah ini sangat bernilai tinggi dan telah lama menjadi barang dagangan penting dalam jaringan perdagangan maritim kuno, mulai dari India hingga Timur Tengah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini