Untuk membuat satu bakul rotan, setidaknya dibutuhkan tujuh batang rotan yang telah diproses secara manual.
Hasilnya?
Bakul-bakul cantik nan fungsional yang dijual seharga Rp30.000 hingga Rp50.000 per buah.
Meski harganya tampak sederhana, setiap anyaman menyimpan cerita tentang kearifan lokal, ketekunan, dan hubungan yang erat antara manusia dan alam.
Baca Juga:Baru 3 Bulan Cerai, Wanita Muda di PALI Jadi Korban Nafsu Ayah Kandungnya Sendiri
“Setiap hari kami bisa menghasilkan enam bakul,” jelas Marsa.
Beberapa tahun silam, Desa Gudang Gula dikenal sebagai salah satu sentra perajin anyaman rotan di Ogan Komering Ulu Selatan.
Hampir setiap rumah memiliki aktivitas menganyam sebagai bagian dari rutinitas harian, diwariskan turun-temurun sebagai bentuk kearifan lokal yang lestari.
Namun, seiring waktu, keberadaan bahan baku rotan semakin sulit didapat, membuat banyak perajin perlahan meninggalkan tradisi ini.
Kini, hanya segelintir warga seperti Siti dan Marsa yang masih setia mempertahankan kerajinan tersebut.
Baca Juga:56 Napi Diboyong ke Nusakambangan karena Ulah Brutal, Ini Dalih Menteri Imipas
Sementara itu, sebagian besar warga memilih beralih ke kegiatan lain yang lebih mudah diakses, seperti berkebun atau menekuni kerajinan alternatif yang juga bernilai ekonomi tinggi—mulai dari kemasan bubuk kopi, jahe, gula aren, hingga cobek batu.