
Evaluasi Perlintasan dan Kesadaran Kolektif
Perlintasan menanjak dengan jarak pendek antara palang dan rel menjadi tantangan tersendiri. Dalam konteks teknis transportasi, desain geometrik jalan (road geometry) di perlintasan seperti ini harus mendapat perhatian serius dari instansi terkait.
Pemerintah daerah, PT KAI, serta Kementerian Perhubungan diharapkan melakukan kajian ulang terhadap desain, sistem peringatan dini, hingga pemasangan rambu tambahan khusus untuk truk berat di titik-titik rawan.
Nyaris Tewas, Tapi Selamat
Baca Juga:Sudah 2 Bulan Jadi Tersangka, Pengusaha Haji Halim Belum Disidang: Ada Apa?
Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan mengerikan ini. Ketiga awak truk—Sigit Bin Suprapto, Herli Bin Sartono, dan Misaji Bin Sukiari—berhasil menyelamatkan diri dengan cara melompat keluar dari kabin beberapa detik sebelum tabrakan terjadi.
Meskipun mereka mengalami luka ringan akibat benturan saat mendarat di aspal, ketiganya selamat dari dampak langsung tabrakan yang sangat keras.
Truk Mitsubishi Colt Diesel yang mereka tumpangi mengalami kerusakan parah di bagian depan; kabin ringsek total hingga hampir tak dikenali lagi bentuk aslinya.
Besarnya kecepatan kereta Babaranjang serta bobotnya yang sangat berat menjadikan benturan tersebut tak terhindarkan dan menghancurkan seluruh bagian depan kendaraan.
Kerusakan tidak hanya terjadi pada kendaraan, tetapi juga menimbulkan gangguan lalu lintas dan aktivitas perkeretaapian di lokasi kejadian.
Baca Juga:Kala Emas Jadi Budaya Investasi, Inflasi Diam-diam Mengintai Palembang
Kecelakaan ini seharusnya menjadi pengingat keras sekaligus momentum reflektif bagi semua pihak bahwa keselamatan di perlintasan rel kereta api adalah tanggung jawab bersama.