Kronologi Bocah 5 Tahun Diculik di Palembang, Pelaku Babak Belur Digerebek

Kisah penculikan anak 5 tahun bermula dari sebuah kepercayaan yang mungkin dianggap sepele: meninggalkan seorang anak sendirian di rumah.

Tasmalinda
Senin, 28 April 2025 | 11:38 WIB
Kronologi Bocah 5 Tahun Diculik di Palembang, Pelaku Babak Belur Digerebek
Penculikan anak 5 tahun di Palembang

SuaraSumsel.id - Minggu dini hari, 27 April 2025, malam yang seharusnya sunyi di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), justru berubah menjadi mencekam.

Di tengah keheningan yang seolah membungkus kawasan Jalan Wirajaya V Perum, Kecamatan Ilir Barat I, jeritan kepanikan mendadak membelah malam.

Seorang bocah mungil berusia lima tahun berinisial N, nyaris hilang, hampir raib ditelan gelapnya malam tanpa jejak.

Kisah penculikan anak 5 tahun bermula dari sebuah kepercayaan yang mungkin dianggap sepele: meninggalkan seorang anak sendirian di rumah. Pelaku akhirnya babak belur digerebek warga.

Baca Juga:Bandara SMB II Palembang Internasional Lagi, Peluang Ekspor Kopi Sumsel Melejit

Di tengah sepinya malam, tanpa pengawasan, rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman justru menjadi arena bahaya.

Tanpa diketahui, dari balik pekatnya malam, muncul sosok Slamet Riyadi (34), pria yang membawa niat jahat di balik ketukan pintu.

Dengan modus pura-pura, ia mengetuk pintu belakang rumah korban. Di dalam, bocah kecil itu, yang mungkin merasa takut sendirian, memberanikan diri membuka pintu.

Saat itulah, dalam sekejap, tubuh mungil itu langsung digendong dan dibawa kabur, menghilang di kegelapan.

Tanpa satu pun saksi, tanpa sempat ada teriakan. Palembang yang biasa tenang, malam itu, mulai bergerak dengan gelombang kegelisahan — sebuah penculikan baru saja terjadi.

Baca Juga:Culik Anak 5 Tahun di Palembang, Slamet Riyadi Babak Belur Dihajar Warga

Di tengah sepinya malam, tanpa pengawasan, rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman justru menjadi arena bahaya.

Tanpa diketahui, dari balik pekatnya malam, muncul sosok Slamet Riyadi (34), pria yang membawa niat jahat di balik ketukan pintu.

Dengan modus pura-pura, ia mengetuk pintu belakang rumah korban. Di dalam, bocah kecil itu, yang mungkin merasa takut sendirian, memberanikan diri membuka pintu. Saat itulah, dalam sekejap, tubuh mungil itu langsung digendong dan dibawa kabur, menghilang di kegelapan.

Tanpa satu pun saksi, tanpa sempat ada teriakan. Palembang yang biasa tenang, malam itu, mulai bergerak dengan gelombang kegelisahan — sebuah penculikan baru saja terjadi.

Dengan modus licik, Slamet mengetuk pintu belakang rumah. Ketakutan dalam kesendirian, bocah malang itu akhirnya membuka pintu. Sekejap saja, Slamet menggendong tubuh kecil itu, membawanya kabur menuju kegelapan.

Sekitar pukul 04.00 WIB, saat orang tua N pulang, rumah terasa aneh. Sunyi. Kosong. Anak kesayangan mereka tak terlihat di mana pun.

Panik membuncah. Dalam hitungan menit, kabar hilangnya bocah itu menyebar cepat ke seluruh penjuru lingkungan.

Warga pun bergerak.

Seperti lautan manusia, pencarian besar-besaran digelar.

Tidak butuh waktu lama, sekitar pukul 07.00 WIB, seorang warga mencurigai pria asing yang membawa anak kecil di sekitar Puskesmas Talang Ratu. Slamet Riyadi, pelaku itu, akhirnya ditemukan.

Namun bukan sekadar ditangkap. Emosi warga yang membara berubah menjadi amukan.

Pukulan dan tendangan mendarat ke tubuh Slamet, sebelum akhirnya aparat dan ketua RT berhasil menenangkan massa dan menyerahkannya ke Polsek Sukarami.

"Benar, pelaku diserahkan ke Polrestabes Palembang setelah diamankan warga," ujar KA SPK Polrestabes Palembang, Ipda Kosasih melansir sumselupdate.com-jaringan Suara.com.

Di hadapan petugas, Slamet Riyadi tak lagi bisa membantah.

Dengan suara gemetar, ia mengakui perbuatannya. "Saya bersalah, Pak... korban saya gendong dan cium," ucapnya lirih, penyesalan tergambar jelas di wajahnya yang lebam.

Kini Slamet menghadapi ancaman hukuman berat. Ia dijerat Pasal 81 atau 82 Undang-Undang Perlindungan Anak, dengan ancaman pidana hingga 15 tahun penjara.

Sementara itu, bocah kecil N kini kembali ke pelukan keluarganya, meski trauma membekas dalam batinnya. Kejadian ini menjadi peringatan keras bagi semua orang tua: satu kelengahan, bisa saja mengubah segalanya.

Di balik semua itu, satu hal menjadi terang — solidaritas warga, keberanian melawan kejahatan, dan harapan bahwa Palembang tetap menjadi rumah yang aman bagi anak-anaknya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini