“Ada banyak pola adaptasi atau inovasi yang dilakukan oleh sejumlah Tunggu Tubang salah satunya adalah menamam sayuran, kacang-kacangan, atau kopi. Semua itu merupakan bentuk inovasi atau adaptasi Tunggu Tubang dalam mempertahankan ketahanan pangan keluarga,” kata dia.
Sejumlah Tunggu Tubang di Desa Muara Tenang juga ada yang menjadi guru, namun tetap mengurus kebun atau sawah mereka.
“Hal ini tentu menarik untuk ditelusuri lebih dalam, dan kami berharap dapat menjadi pengetahuan bersama,” kata Prabu.
Ketua Ghompok Kolektif sekaligus koordinator program Tunggu Tubang Tak Akan Tumbang: Kedaulatan Pangan Berkelanjutan.Muhammad Tohir menambahkan melalui karya buku foto dan film dokumenter, Ghompok Kolektif akan berupaya meramu beragam pengetahuan yang ada pada masyarakat Semende khususnya Tunggu Tubang.
Baca Juga:Korupsi Proyek Siring Muaraenim Rp 1 Miliar, Penyidik Sita Uang Rp 150 Juta
“Baik itu pengetahuan leluhur, ataupun pengetahuan baru berupa inovasi dan adaptasi yang dilakukan masyarakat Semende dalam mempertahankan kedaulatan pangan mereka,” katanya.
Lokakarya ini merupakan rangkaian kegiatan program Tunggu Tubang Tak Akan Tumbang: Kedaulatan Pangan Berkelanjutan yang didukung oleh Kementerian Kebudayaan melalui Dana Indonesiana dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tahun 2025. Agenda ini menghadirkan Dr. Eni Murdiati. M.Hum, Akademisi UIN Raden Fatah Palembang dan Taufik Wijaya, Budayawan Sumatera Selatan.
“Harapannya, diskusi ini dapat memberikan input yang bermanfaat untuk riset film dan buku foto ‘Tunggu Tubang Tak Akan Tumbang’ yang akan segerap kami garap,” ucap Muhammad Tohir.