SuaraSumsel.id - “Menyaksikan video art sastra tutur dengan tema Bersenandung di Perahu Kajang oleh Teater Potlot ini, kita seperti diajak untuk memahami diri kita sebagai masyarakat lahan basah. Dan, ternyata kita adalah masyarakat yang hidup dan berkembang dalam budaya yang luhur,” kata Abri, S.M., Founder Kampung Inggris Tempirai, narasumber dalam diskusi dan pemutaran video art oleh Teater Potlot di Kampung Inggris Tempirai, Desa Tempirai, Kabupaten PALI [Penukal Abab Lematang Ilir], Sumatera Selatan, Sabtu malam [7/12/2024].
“Sejumlah video art yang begitu indah telah memberikan pelajaran penting, jika tradisi mencari ikan dan mengelola ikan adalah sesuatu yang luhur, sebab bukan hanya sebagai sumber pangan, eknomi, juga sebagai ekspresi kepedulian terhadap lingkungan, khususnya sungai, rawa dan hutan,” jelasnya.
Di sisi lain, kata Abri, 11 video art yang disajikan Teater Potlot berdasarkan riset dan pengambilan gambar di berbagai wilayah lahan basah Sungai Musi, juga menyodorkan fakta yang menyedihkan yang dialami masyarakat akibat kerusakan lahan basah.
“Ini pembelajaran penting bagi generasi muda, khususnya di Desa Tempirai, untuk terus menjaga dan melestarikan lahan basah, sehingga ke depan masih dapat bertahan hidup dengan baik di tengah perubahaan iklim,” katanya di hadapan seratusan pelajar dan mahasiswa dari Kampung Inggris Temirai dan masyarakat umum.
Baca Juga:Jadi Contoh Nasional, Muba Sebagai Pilot Project Satu Data Desa Indonesia 2025
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Raden Fatah Dian Maulina, M.M mengatakan video art sastra tutur ini juga membuktikan betapa pentingnya peranan perempuan di lahan basah Sungai Musi.
“Perempuan di lahan basah Sungai Musi bukan hanya sebagai penyedia pangan, juga sebagai pencari ekonomi, penjaga dan pendidik, serta juru bicara lingkungan bagi keluarga dan masyarakatnya,” ujarnya.
“Hanya sehari melihat dan berinteraksi dengan masyarakat di Desa Tempirai ini, saya merasakan dan melihat fakta-fakta yang menunjukkan peran mulia perempuan tersebut,” ujar Dian Maulina.
Dian kemudian melakukan kuiz kepada para peserta diskusi. Memberikan sejumlah pertanyaan mengenai tradisi masyarakat di Desa Tempirai, dan ternyata semua pertanyaan kuiz itu dijawab dengan baik oleh anak-anak perempuan.
“Kuiz ini membuktikan apa yang saya sampaikan tadi,” ujarnya.
Baca Juga:Butuh Rp986,9 Miliar, Infrastruktur Jalan Pelabuhan Tanjung Carat Dikebut?
Kegiatan ini juga dihadiri tokoh masyarakat Desa Tempirai, pegiat kebudayaan di PALI seperti Teguh Estro, serta pelaksana pemerintahan di PALI.
“Saya sangat bangga dan terpukau dengan video art yang disajikan Teater Potlot. Saya pikir karya ini memberikan inspiratif bagi kita, khususnya generasi muda, untuk terus menggali berbagai seni dan tradisi, yang disajikan secara kreatif dan inovatif seperti disajikan Teater Potlot,” kata Siska Akhira, S.H., Kabid Kebudayaan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata PALI.
Ibrahim, tokoh masyarakat Desa Tempirai mengapresiasi kegiatan ini.
“Kami sangat bangga dengan kegiatan ini. Mudahan kegiatan ini mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, di desa ini untuk lebih cinta dan menghargai tradisi dan budaya Tempirai. Kami para orang tua sangat mendukung berbagai upaya melestarikan budaya dan lingkungan.”*