SuaraSumsel.id - Di kaki Bukit Barisan nan menjorok ke Selatan, sebuah revolusi energi tengah berlangsung. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) seperti Rantau Dedap dan Lumut Balai telah mengubah lanskap energi Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu (WS2JB).
Dengan potensi panas bumi mencapai 918 MW, Sumatera Selatan telah membuktikan diri sebagai surga energi bersih. Pembangkit listrik tenaga panas bumi ini tidak hanya menyumbangkan 947,77 MW listrik bagi masyarakat tetapi membuka peluang dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pembangkit tenaga panas bumi yang makin dikenal sebagai energi bersih geothermal menghasilkan pasokan energi listrik menyokong kelistrikan PLN wilayah Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (WS2JB).
Pembangkit tersebut diantaranya PLTP Rantau Dedap sebanyak dua unit dengan kapasitas 91,2 megawatt (MW) dan Lumut Balai sebanyak 1,55 MW.
Baca Juga:Breaking News: Gedung PLN WS2JB Terbakar, Penyebab Masih Diselidiki
Sumatera Selatan (Sumsel) telah menghasilkan 947,77 MW dari sumber energi baru terbarukan yang berasal dari air, tenaga surya, bioenergi dan geothermal. Sementara potensi geothermal mencapai 918 MW nan baru termanfaatkan 146,2 MW.
Berada di ketinggian 2 kilometer atau sekitar 2.055 meter, Sumsel memiliki dua perusahaan mengoptimalkan geothermal sebagai sumber energi listrik yakni Pertamina dan perusahaan swasta lainnya nan berinvestasi besar atas sumber energi bersih ini.
Sumsel telah mematok target bauran energi baru terbarukan di atas angka 21 persen. Target yang terus meningkat sejak lima tahun terakhir.
Pada tahun 2019, Sumsel telah menetapkan bauran baru 10,2 persen. Target bauran menuju peralihan energi tergolong cukup ambisius ingin dikejar oleh provinsi yang terkenal akan kemasyuran kerajaan maritim, Sriwijaya.
Kepala Bidang Energi Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM( Sumsel, Ariansyah menjelaskan Sumsel memiliki sumber bersih nan sangat kaya, mulai dari energi air, surya, dan bioenergi, geothermal.
Baca Juga:Buku Ajar Kurikulum Konversi Motor Listrik, Inovasi Kreatif Edukasi Energi Bersih
“Untuk geothermal, Sumsel sudah punya PLTP, pembangkit listrik tenaga panas bumi,” ujarnya kepada Suara.com belum lama ini.
Upaya transisi energi diakui bisa berjalan dengan semakin banyak potensi di sektor energi baru terbarukan yang dimiliki Sumsel.
Sumsel setidaknya baru mengoptimalkan 4,5 persen atau sekitar 947,77 MW dari potensi energi yang mencapai 21.032 MW. Pulau Sumatera paling berpeluang menciptakan penyediaan tenaga listrik dari energi senyawa panas geothermal.
Berdasarkan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang dalam jangka waktu 2021-2030 diketahui Indonesia berpotensi panas bumi mencapai 23.965 megawatt (MW) dengan potensi terbesarnya berada di Pulau Sumatera mencapai 9.679 MW.
Namun kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi atau PLTP terpasang di Sumatera baru 562 MW atau sebesar 5,8 persen dari potensi tersebut.
Data ini ingin mengatakan masih 94 persen potensi yang belum tergarap dalam kurun waktu ini.
Dibandingkan Pulau Jawa, potensi geothermal Sumatera lebih besar. Pulau Jawa menduduki potensi kedua sebesar 8.107 MW dengan PLTP terpasang berkapasitas 1.254 MW atau sudah teroptimalkan 15,5 persen dari potensinya.
Potensi geothermal lainnya dimiliki Pulau Sulawesi di angka 3.068 MW dengan PLTP terpasang juga baru 120 MW atau berada di angka 3,9 persen dari potensinya.
Di Pulau Nusa Tenggara terdapat potensi 1.363 MW dengan kapasitas terpasang 12,5 persen.
Beberapa pulau lainnya memiliki potensi geothermal, seperti Maluku, Pulau Kalimantan dan Papua.
Dengan pulau Sumatera memiliki potensi lebih besar dibandingkan pulau-pulau lainnya di Indonesia, Humas PLN Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung (WS2JB), Iwan Aris Setiadi mengatakan sebagai perusahaan negara PLN tentu bertindak sebagai pelaksana regulasi Pemerintah.
PLN tentu menyerap bauran energi yang terus diupayakan di wilayah kerja.
“Di WS2JB sumber energi baru terbarukan, juga berasal dari air, tenaga surya, panas bumi yang dikenal geothermal dan bio energi dan energi lainnya seperti dari sampah,” ujar Iwan menjelaskan.
Data PLN WS2JB menjabarkan sumber pembangkit yang berasal dari energi air seperti PLTMH Green Lahat berkapasitas 9,99 MW, PLTM Endikat berkapasitas 8,01 MW, PLTMH Komering 2 unit berkapasitas 1,4 MW, PLTM Kenali 1 unit berkapasitas 3,6 MW PLTMH Niagara menghasilkan 1,7 MW dan PLTMH tersebar di Sumsel mencapai 20 0,831 MW.
Lalu listrik dari energi surya, seperti PLTS Jakabaring 1 sebanyak 2 MW - PLTS Terpusat yang tersebar di Sumsel 25 0,51 MW dan PLTS Rooftop yang tersebar di Sumsel sebanyak 22 lokasi serta 3 Lokasi berkapasitas 0,841 MW.
PLN menyerap dan menyalurkan kepada konsumen tingkat akhir.
“Tentu yang berkapasitas besar seperti geothermal, air dan lainnya diolah sehingga berdaya sesuai dengan yang terpasang dibutuhkan konsumen,” ujar Iwan.Pertamina Geothermal Energy.
PLN WS2JB menyebutkan jika energi air menyumbang setidaknya 702.283 MWh atau berkontribusi 17,55 persen, gas berada di angka 24,5 persen, lalu tenaga biomassa dan biogas berada di kurang 1 persen.
Energi panas bumi berada di posisi keempat, setelah tenaga batu bara sebagai penyumbang terbesar energi listrik di Sumsel, lalu urutan kedua ialah tenaga air.
PLN mencatat beban puncak yang dihasilkan dari geothermal mencapai 1.076 MW dengan jumlah pembangkit 1.791 MW sekaligus daya mampu PLTP di Sumsel sebesar 126,2 MW atau rasio 12% dari beban puncak.
Listrik yang berasal dari PLTP Rantau Dedap kapasitas 86 MW dengan daya mampu mencapai 70,8 MW dan PLTP Lumut balai kapasitas 55 MW dengan daya mampu 55,4 MW.
Dengan kata lain, ketersediaan listrik mencapai 13 persen disokong dari energi senyawa panas di perut bumi.
Iwan menjelaskan PLN pun mengacu pada Peraturan Presiden RI Nomor 112 Tahun 2022 Tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
“Sebagai BUMN, PLN tentu menjalankan apa yang menjadi kebijakan termasuk menyalurkan energi bersih dengan mewujudkan kolaborasi,” ucapnya.
Dalam skema bisnis area geothermal Lumut Balai merupakan kontrak perjanjian jual beli listrik atau PJBL antara PGE dan PLN yang ditandatangani pada 11 Maret pada 2011 lalu.
Untuk pengembangan geothermal dengan kapasitas sebesar 2 x 55 MW.
Peluang besar energi panas yang terus diekspansi menuju 55 MW dalam tahap ke-2 di akhir tahun 2024 yang dirancang sebagai rencana jangka panjang potensi panas bumi di Sumsel.
Pertamina Geothermal Energy tidak hanya mengoptimalkan sumber senyawa panas bumi sebagai sumber energi listrik.
Pertamina mengoptimalkan Sumur Reservoir Geothermal Lumut Balai dengan karakteristik 2 fasa dengan dominasi air bertemperatur sekitar 230 - 260°C. PLTP Lumut Balai kian dikembangkan bagi 55.000 rumah tangga di wilayah Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (WS2JB).
Kekinian energi geothermal juga memaksimalkan sektor agribisnis dengan memanfaatkan energi uap dalam pengeringan biji kopi.
Geothermal juga bisa dimanfaatkan guna wisata edukasi panas bumi bahkan guna pengembangan hidrogen sebagai alternatif bahan bakar ramah lingkungan lainnya dengan pemanfaatan silika maupun ekstraksi mineral lainnya.
Proyek ini merupakan salah satu inisiatif transisi energi nan menjadi pendukung target Pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 mendatang.