Ketiga, spiritualitas. Sebagai manusia, perempuan di lahan basah Sungai Musi menyadari bahwa mereka memiliki kefanaan. Oleh karenanya mereka berusaha untuk membangun hasrat terhadap tujuan dan makna yang menjadi pemandu kehidupannya.
Mereka menyakini ada kekuatan di luar dirinya yang mampu mendorong dan mengarahkan agar lebih bermakna. Kekuatan itu juga yang membentuk karakteristik kepribadian mereka dalam menjalankan multi peran [consumers, educators, comunicators, campaigner].
Pilihan tingkah laku spiritual demikian tercermin dalam sastra tutur yang mereka tuturkan. Contohnya terlihat dalam incang-incang yang dituturkan perempuan di Pedamaran:
Kito bagian malang
Baca Juga:Video Art Sastra Tutur, Cara Baru Menyajikan Kekayaan Tradisi
Tah pacak kenda diri
Bedoa dengan tuhan
Kuatkan iman kami
[Kita tak beruntung
Tak bisa sesuai keinginan
Baca Juga:Video Art Sastra Tutur Teater Potlot: Perpaduan Seni dan Lingkungan nan Menginspirasi
Berdoa kepada Tuhan