Buku Membaca Suara Perempuan dari Sastra Tutur

Perwakilan Teater Potlot, Nopri Ismi menjelaskan dari sastra tutur ini juga dipengaruhi situasi lingkungan setempat seperti halnya lahan basah di Sumsel.

Tasmalinda
Jum'at, 13 September 2024 | 06:10 WIB
Buku Membaca Suara Perempuan dari Sastra Tutur
Buku membaca suara perempuan dengan sastra tutur [Nopri Ismi]

Nopri menjelaskan alasan pemilihan wilayah tersebut yakni masih adanya sejumlah tradisi yang diperankan kaum perempuan di lahan basah.

Alasan lainnya ialah wilayah tersebut merupakan permukiman tua, baik dari masa Kedatuan Sriwijaya maupun Kesultanan Palembang. 

"Ketiga, wilayah tersebut mengalami degradasi lingkungan lahan basah akibat antropogenik," ucap Nopri.

Keempat maestro sastra tutur perempuan yakni Cik Isa alias Kajut Odon yang berusia 109 tahun [Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir]; Hariya yang akrab Wak Doi yang berusia 60 [Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir]; Rusminah alias Bulat Jawo berusia 66 tahun [Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir]; dan, Murni alias Wak Murni berusia 61 tahun [Desa Kertayu, Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin].

Baca Juga:Video Art Sastra Tutur, Cara Baru Menyajikan Kekayaan Tradisi

Karya yang terkumpul sebanyak 20 tederdiri dari pantun sebanyak 7, incang-incang sebanyak 6, senjang sebanyak 3, dan andai-andai sebanyak 4.

Pembacaan

Ada tiga pembacaan nilai di dalam buku ini. Pertama,  hampir semua sastra tutur yang disajikan penutur perempuan di lahan basah Sungai Musi, tidak mengangkat tema istanasentris. Seperti mengisahkan atau menggambarkan kehidupan sultan dan keluarganya, meskipun wilayah permukiman mereka dibentuk atau dikuasai Kesultanan Palembang.

Kisah yang disajikan umumnya dengan tokoh orang biasa, serta tidak berlatar ruang atau kehidupan istana.

Bahkan beberapa karya sastra tutur menunjukkan sikap kritis terhadap perilaku sultan. Kisah penolakan terhadap pinangan sultan untuk menjadikan mereka [perempuan] sebagai isteri [selir].

Baca Juga:Video Art Sastra Tutur Teater Potlot: Perpaduan Seni dan Lingkungan nan Menginspirasi

Kedua, pesan lingkungan. Banyak ditemukan sastra tutur yang berisi pesan mengenai lingkungan. Mulai dari pesan untuk tidak tamak terhadap alam, menjaga alam, hingga protes terhadap pembangunan yang merusak atau memutuskan akses masyarakat terhadap alam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini