SuaraSumsel.id - Kondisi kawasan Pasar Cinde yang tak tertata disesalkan sejumlah pihak, terutama masyarakat Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Pasar Cinde yang telah lama dikenal sebagai pusat ekonomi, budaya sekaligus pembangunan kota menjadi menjadi semrawut dan mangkrak.
Padahal posisi kawasan pasar Cinde sangat strategis sekaligus penyokong kemajuan kota Palembang. Hal ini yang menjadi tema diskusi yang digelar Sahabat Cagar Budaya akhir pekan lalu.
Dalam kajian ilmiah yang menjadi usulannya, Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Provinsi Sumsel menjelaskan kawasan pasar Cinde membutuhkan rekonstruksi dengan dukungan para pengambil kebijakan di Sumsel, seperti Gubernur Herman Deru dan DPRD. Hal ini dilakukan guna mencegah kawasan atau pasar Cinde mangkrak lama.
“Untuk mengembalikan pasar Cinde butuh dukungan kebijakan penuh. Seperti halnya, pasar Johar yang cepat sekali diperbaiki setelah terbakar, karena dukungan kebijakan. Diantaranya kebijakan penyelamatan cagar budaya sebagai identitas daerah,” ujar Ketua IAI Sumsel, Ahmad Ardani pada kesempatan diskusi tersebut.
Baca Juga:Truk ODOL Berpotensi Merusak Jalan, Polda Sumsel Gelar Razia
Ardani mengungkapkan pembangunan pasar Cinde yang saat ini mangkrak telah menyebabkan kerugian, terutama kota Palembang yang kehilangan identitas pembangunan kota, pusat ekonomi masyarakat sekaligus penyelamatan sejarah dan budaya.
“Untuk mengembalikan pasar Cinde ke bentuk semula, butuh revitalisasi berbasis lingkungan, misalnya ada kawasan makam dalam perkembangan dunia Islam di belakang bangunan pasar, itu pun perlu diperhatikan. Bangunan pasar Cinde butuh rekonstruksi mengembalikan dengan duplikasi bentuk awal,” ucapnya menjelaskan.
Dia pun mengakui akan sulit mengembalikan ke bangunan semula, karena hampir sebagian konstruksi rusak, berubah dan tidak utuh lagi. Karena itu, upaya mengenalkan pasar Cinde sebagai identitas kota Palembang bisa dilakukan dengan duplikasi bangunan, dan revitalisasi kawasan.
“Duplikasi dengan mensinkronkan pada upaya pelestarian budaya dan sejarah atau konstruksi yang tersisa,” ujarnya.
Upaya rekonstruksi Pasar Cinde diakui membutuhkan anggaran yang besar. Karena itu, Pemerintah Provinsi atau Pemprov Sumsel bisa mengajukan usulan pada Pemerintah Pusat, melalui APBN.
Baca Juga:Dinyatakan Lengkap, Berkas Lina Mukherjee Tertahan di Penyidik Polda Sumsel
“Anggarannya bisa penyertaan modal, pendanaan yang didukung dengan status clear and clean. Saat ini masih ada investor sebelumnya dengan sistem perjanjian BOT, apalagi informasinya ada kasus hukum, penyelidikan di Kejati. Hal-hal ini harus diselesaikan dulu,” ucap ia.
Menurut Ardani, upaya revitalisasi ini bukan hanya bicara nilai ekonomi investasi seperti perhitungan untung rugi membangun kawasan, namun lebih pada nilai-nilai kawasan pasar Cinde yang harus dipertahankan sebagai icon atau identitas kota Palembang.
“Sebuah kota butuh identitas, punya sejarah seperti icon yang seharusnya menjadi pertimbangan. Tentu usulan IAI yakni penataan kawasan Cinde yang lebih nyaman bagi pedagang dan pengunjung, terbebas dari banjir, parkir dan kawasan yang aman. Terutama mengembalikan kawasan Cinde ini sebagai identitas kota Palembang,” imbuhnya.