Mitigasi Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumsel: Teknologi Modifikasi Cuaca Dipercepat

Masih aktifnya La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan dan suhu muka laut equator bagian tengah masih dingin,"

Tasmalinda
Selasa, 24 Mei 2022 | 20:23 WIB
Mitigasi Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumsel: Teknologi Modifikasi Cuaca Dipercepat
Kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Sumsel [ANTARA]

SuaraSumsel.id - Badan Metorologi, Klimatologi dan Geofisika memperkirakan puncak musim kemarau di Sumatera Selatan atau Sumsel akan berlangsung pada Juli hingga September.

“Sumsel akan memasuki awal musim kemarau pada Mei dasarian 3 hingga Juni dasarian 2, dan puncaknya pada bulan Juli dan September 2022 nanti,” kata Kepala BMKG Sumsel Desindra di Palembang, Selasa.

Kondisi musim kemarau yang masih akan berlangsung hingga tiga bulan ke depan. “Seperti dengan menerapkan program Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC),” katanya.

Program TMC efektif sebab berdasarkan pemantauan dari stasiun klimatologi menunjukkan adanya korelasi tinggi curah hujan kurang dari 50 mm, kemudian pada kondisi secara global juga terpantau La Nina masih aktif.

Baca Juga:Palembang Dilanda Hujan Deras Disertai Petir, Berikut Wilayah Sumsel Diguyur Hujan Malam Ini

“Masih aktifnya La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan dan suhu muka laut equator bagian tengah masih dingin sehingga hal ini dapat menguntungkan operasi TMC karena bahan baku pembentukan awan masih akan ada,” ujarnya.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sudah mulai melakukan program TMC dengan menyemai sebanyak 800 kilogram garam di udara untuk wilayah Provinsi Sumsel termasuk Provinsi Jambi.

Koordinator Lapangan TMC BRIN wilayah Sumsel-Jambi Tukiyat mengatakan, program TMC ini berlangsung hingga 15 hari ke depan sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Ia menjelaskan garam itu diangkut menggunakan pesawat Cassa bekerjasama dengan TNI AU, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat untuk disemaikan ke udara dalam TMC pencegahan karhutla 2022 ini.

Sebelum penyemaian tersebut dilakukan petugas tim TMC terlebih dahulu memantau cuaca melalui radar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mengamati potensi keberadaan awan hujan atau cumulonimbus.

Baca Juga:PT BAU dan PT SBP Dilaporkan Merusak Lingkungan, Pemprov Sumsel Beri Tanggapan Ini

Pada prosesnya garam disemai pada awan hujan yang berada di ketinggian sekitar 13 ribu kaki di udara..

“Berdasarkan hasil survei sejak 10 tahun terakhir program TMC ini mampu menambah intensitas hujan sekitar 15 persen hingga 35 persen dari normal,” kata dia.

Balai Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan Kementerian Lingkungan Hidup (BPPIKHL) wilayah Sumatera mendorong kolaborasi bersama BRIN, TNI, dan mitra lain untuk dapat mensukseskan program TMC yang bakal berlangsung selama 15 hari ke depan di Sumsel dan Jambi pada Mei 2022 ini.

Program TMC tersebut dinilai sukses menghasilkan peningkatan curah hujan hingga 15 persen sebagai upaya pencegahan karhutla seperti yang dilakukan lebih dulu di Riau pada April 2022.

Kepala Pelaksana BPBD Sumsel Iriansyah menyatakan program TMC sangat dibutuhkan untuk membasahi lahan gambut yang sangat luas di daerah ini, hampir 25-35 persen dari total luas wilayah Sumsel mencapai 9 juta hektar.

“Melalui TMC itu diharapkan potensi kebakaran seiring memasuki musik kemarau bisa di minimalisir,” kata dia.

BPBD Sumsel memetakan kawasan rawan karhutla itu tersebar di tujuh Kabupaten, masing-masing Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Banyuasin, Muara Enim, PALI, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Lahat.

“Maka selain TMC, kami pun sudah menyiagakan semua personel termasuk peralatan pemadaman darat untuk mengoptimalkan upaya mitigasi Karhutlah tahun ini di setiap daerah,” kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini