Kisah Nenek dan Kakek di Palembang Tinggal di Rumah Reyot, Bertahun-tahun Tak Ada Uang Renovasi Rumah

Sepasang kakek dan nenek di Palembang tinggal di rumah berdinding kayu yang sudah reyot dan dimakan rayap.

Tasmalinda
Jum'at, 29 April 2022 | 13:52 WIB
Kisah Nenek dan Kakek di Palembang Tinggal di Rumah Reyot, Bertahun-tahun Tak Ada Uang Renovasi Rumah
Kisah Nenek dan Kakek di Palembang yang tinggal di rumah reyot [Suara.com/Melati Arsika Putri]

"Kadang mau tarawih itu kepingin sekali, tapi kaki gak kuat lagi. Alhamdulillah, masih bisa puasa. Mbah ini sudah gak bisa bekerja lagi, kaki ini nah sakit. Jadi di rumah aja," tambahnya.

Sebelum mengalami sakit di bagian kaki, Mba Sawinah masih sanggup berusaha mencari rezeki membuat atap dari alang-alang. Dirinya pun memanfaatkan belara (bahasa jawa) atau pelepah daun kelapa kering untuk dijadikan sapu lidi.

Sementara sang suami bekerja sebagai pencetak batu bata dulunya. Namun saat ini Mbah Suparman sering mengalami sakit pinggang dan bermasalah dalam hal pendengaran. 

Melihat kondisi sepasang suami istri renta ini membuat warga sekitar iba dan memberikan bantuan semampu mereka. Tak henti-hentinya, Mba Sawinah berterima kasih ketika Ia menceritakan para tetangganya yang berbaik hati membagi rejeki kepada mereka.

Baca Juga:Pemudik Mulai Padati Pulau Sumatera, Ini Prakiraan Cuaca Sumsel Jumat 29 April 2022

Mba Sawinah bukanlah asli Palembang, melainkan perantau dari Tanah Abang Jakarta. Ketika ditanya usia, dirinya menjawab sudah hidup sejak zaman penjajahan Jepang.

Kala itu, Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942. Sementara Mbah Sawinah masih seorang gadis belia berumur 10 tahun. Terkenang dengan jelas saat dirinya hidup berdampingan Nippon.

"Umur saya gak tahu, saya sudah hidup dari zaman Jepang. Itu saya sekolah masih kecil. Sepulang sekolah, saya sering minta roti kepada tuan Jepang, dikasih rotinya, saya bagi ke kawan-kawan. Saya bilang minta lagi ke tuan Jepang, dijawab sama dia, iyah, iyah, iyah," ucap Sawinah menirukan logat tentara Jepang.

Terkenang Sawinah saat kecil mengenakan celana yang terbuat dari karet tipis. Dirinya menyebut celana tersebut dengan nama 'celana monyet'. Tak hanya itu, Ia pun bercerita ketika menggunakan alas kaki dari pelepah jantung pisang.

"Itu yang buat tuan Jepang. Saya dulu bandel kecilnya, pulang sekolah pernah disabet sama tuan Jepang pakai kayu besar. Sudah itu saya tidak mau sekolah lagi," kenangnya.

Baca Juga:Ekspor Minyak Goreng Dilarang Mulai Hari Ini, Harga TBS Sawit Sumsel Terjun Bebas Rp1.000 Per Kilogram

Tak hanya sering dipecut tentara Jepang, dirinya bercerita sempat diajak tidur bersama tentara Jepang, namun ia segera menolak dan pulang ke rumahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini