SuaraSumsel.id - Bersepeda menjadi salah satu alternatif olahraga yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Apalagi saat ini sudah banyak jenis sepeda yang memiliki desain yang unik dengan kegunaan yang lebih fleksibel. Salah satunya jenis sepeda Brompton.
Bagi beberapa kalangan, memiliki sepeda buatan Inggris ini perlu mengeluarkan kocek yang terbilang mahal. Sepeda ini menjadi salah satu sepeda lipat yang flexibel dan praktis dibawa ke mana-mana bahkan bisa dimasukkan ke dalam tas koper.
Salah satu pegiat sepeda Brompton yang juga pengurus komunitas Brompton Owners Sriwijaya (BOS), Basyarudin Akhmad mengatakan sepeda Brompton tergolong jenis sepeda lipat dengan memiliki lipatan sempurna.
"Kami memilih ini karena bisa dibawa naik LRT, pesawat, bahkan ke luar negeri juga bisa dibawa dengan koper," ujarnya kepada Suara.com, Sabtu (26/3/2022).
Baca Juga:Memasuki Bulan Ramadhan, Lapas dan Rutan di Sumsel Tingkatkan Operasi Halinar
Jenis sepeda Brompton pun beragam. Ada yang CHPT 3 edition, memiliki desain kreatif dan unik serta berbahan titanium atau logam murni. Ada juga jenis Black Edition yang komponennya serba berwarna hitam.
"Yang special edition, jenisnya banyak. Kalau yang agak mahal itu bahannya titanium, sedangkan yang biasa itu berbahan alloy. Dari berat sepedanya juga berbeda, kalau yang titanium itu lebih ringan dari yang biasa," jelas Basyarudin.
Soal harga, kata Basyarudin, sepeda Brompton sempat tembus hingga Rp200 jutaan saat sebelum pandemi. Tetapi, sekarang Brompton sudah bisa dimiliki dengan harga dibandrol Rp25 juta hingga Rp40 jutaan.
"Harga Brompton tinggi karena animo masyarakat meningkat tetapi barangnya terbatas. Banyak yang ingin punya Brompton, harganya saat itu dari Rp150 juta sampai Rp200 jutaan. Tapi orang saat itu masih tetap mau beli," lanjutnya.
Basyarudin mengatakan ketika Brompton masih sedikit peminatnya, orang-orang beranggapan sepeda lipat jenis ini dengan sebelah mata. "Mereka menganggap lucu, dibully dulunya karena memiliki ban yang kecil. Lama kelamaan banyak yang suka," tambahnya.
Baca Juga:Jelang Vonis, Aktivis di Sumsel Beri Dukungan pada Munarman: Tolak Pembungkaman Suara-Suara Kritis
Giat bersepeda sudah digemari Basyaruddin sejak dulu. Dia pun berharap nantinya makin banyak kebijakan ramah lingkungan. Baik itu geliat pejalan kaki, pesepeda, bahkan saat ini sudah ada motor listrik.
Menjadi bagian komunitas BOS, Basyarudin yang juga Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perkim Provinsi Sumsel telah mengikuti kegiatan sepeda Brompton hingga luar negeri.
"Kita sering ada acara ke luar kota seperti Bali, Jakarta, Yogyakarta, bahkan Malaysia dengan membawa sepeda lipat ini," tandasnya.
Komunitas yang dijalani Basyarudin, berdiri pada tanggal 12 Desember 2017. Latar belakang anggotanya pun berasal dari beragam profesi, mulai dari pengusaha, pegawai BUMN, ASN, TNI, POLRI dan lainnya.
Ketua Komunitas BOS, Yoga mengatakan siapapun bisa bergabung bersama komunitas ini, asalkan punya sepeda Brompton. "Komunitas ini terbentuk dari kesamaan brand sepeda. Kita dulu ingin punya sepeda yang fleksibel dan bisa dibawa ke semua jenis moda transportasi, termasuk commuter line," ucapnya.
Menurut Yoga, awal mula terbentuk komunitas BOS, untuk menjalin silaturahmi serta saling membersamai dan bersinergi. Selain itu, juga untuk mendukung program sportourism dari Pemerintah Provinsi Sumsel.
"Bahwa di Sumsel khususnya Palembang belum banyak menyimpan tempat wisata, tapi kita akan membawa sportourism di Palembang dan menjadikan kota paling aman serta nyaman bersepeda," ujarnya.
Selain fokus pada kegiatan bersepeda, komunitas BOS ini juga ikut andil dalam agenda sosial seperti berbagi dengan anak yatim piatu. Saat Covid-19 melanda pun mereka memberikan bantuan APD dan sembako untuk yang membutuhkan.
"Kalau dari kita dalam komunitas ini harus stay positive bring happiness, berpikir positif dan membawa kebahagiaan. Itu motto kita," pungkasnya.
Kontributor: Melati Putri Arsika