Gubernur Herman Deru Bawa Air dari 9 Sungai di Sumsel ke IKN Nusantara dan 4 Berita Sumsel Lainnya di Akhir Pekan

Gubernur Sumsel, Herman Deru membawa air yang bersumber dari 9 sungai ke IKN Nusantara.

Tasmalinda
Senin, 14 Maret 2022 | 09:19 WIB
Gubernur Herman Deru Bawa Air dari 9 Sungai di Sumsel ke IKN Nusantara dan 4 Berita Sumsel Lainnya di Akhir Pekan
Gubernur Sumsel Herman Deru bawa 2 liter air dari 9 sungai di Sumsel {Fitria/Suara.com]

SuaraSumsel.id - Gubernur Sumatera Selatan atau Sumsel, Herman Deru memenuhi intruksi Presiden RI, Joko Widodo yang meminta para Gubernur se-Indonesia membawa satu kilogram tanah dan dua liter air  dari masing-masing provinsi ke titik nol Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara.

Tepatnya, terletak di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada Senin ini (14/3/2022). 
 
Sebelum  terbang dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Baddarudin II Palembang ke Kalimatan Timur  pada Minggu, (13/3/2022), Herman Deru mengungkapkan ia sudah menyiapkan air dan tanah dari Bumi Sriwijaya.

Air dan tanah ini untuk selanjutnya  dibawa ke  titik nol Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara di Kalimantan Timur.
 
“Ya sesuai dengan yang dimintakan pak Presiden, kita dari Sumatera Selatan sudah menyiapkan bawaan berupa air dan tanah  yang berasal dari Bumi Sriwijaya ini,” tegasnya.
 
Herman Deru menyebut, adapun air sebanyak 2 liter yang dibawa  ke titik nol IKN berasal dari 9  sungai di Sumsel  atau yang terkenal dengan Batanghari Sembilan, yakni  Sungai Kelingi, Sungai Beliti, Sungai Lakitan, Sungai Rawas, Sungai Rupit, Sungai Batang Leko, Sungai Ogan, Sungai Komering dan Sungai Lematang yang menyatu di Sungai Musi Kota Palembang.
 
“Batang Hari Sembilan filosofinya menggambarkan keberagaaman suku, budaya, adat dan istiadat masyarakat Sumsel. Meski  masyarakat Sumsel  hiterogen namun dalam kehidupan sehari-hari  tetap rukun, saling menghormati satu sama lain," ujarnya.
 
Sementara untuk satu kilogram tanah yang  ikut sertakan  dibawa ke IKN, lanjut Herman Deru merupakan tanah asli  dari Bumi Sriwijaya.
 
“Kita ingin  menyampaikan pesan bawa dulunya di Sumatera Selatan ada kerajaan besar bernama  Sriwijaya  di  abad ke 7 yang mampu menyatukan pulau-pulau besar  dimana kekuasaannya membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, bahkan sebagian Nusantara meliputi Sumatera hingga pulau Jawa,” ungkap Herman Deru.

Adapun empat berita menarik dari Sumsel lainnya yakni: 

Baca Juga:Brakk! Seorang Polisi Tewas Diseruduk Mobil Di Jalan Jenderal Sudirman Palembang

1. Ironi Perkebunan Sawit di Sumsel: Kaya Cuan, Minim Perlindungan Buruh Perempuan

Ilustrasi pekerja sawit. Perlindungan terhadap pekerja sawit di Sumsel masih minim [ANTARA]
Ilustrasi pekerja sawit. Perlindungan terhadap pekerja sawit di Sumsel masih minim [ANTARA]

Harga produksi komoditas kelapa sawit yang tengah melambung, memberi berkah bagi Provinsi Sumatera Selatan atau Sumsel. Memiliki luasan kebun sawit melebihi 1,5 juta hektar (data BPS, tahun 2020), merupakan lahan kebun yang juga terluas di Pulau Sumatera.
 
Ironi berkah hamparan sawit hingga kaya cuan ini belum turut dinikmati buruh perempuannya. Luasan kebun sawit di Sumsel ini, disokong oleh Kabupaten Musi Banyuasin atau Muba dengan hamparan kebun sawit mencapai 314.442 ha.
 
Dari luasan lahan kebun ini, Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertran) Muba mencatat sekitar 60.000 pekerja meraup rejeki dari perkebunan sawit. Dari jumlah tersebut, sekitar 13 persen merupakan pekerja perempuan. 

Meski demikian, Disnakertrans belum mendetailkan dari ribuan pekerja perempuan itu, seberapa persen yang berstatus tetap atau pekerja waktu tertentu yang biasa disebut buruh lepas.
 
“Kita peroleh data dari laporan perusahaan. Setidaknya dari 400.000 pekerja di Muba, didominasi pekerja di kebun sawit,” ujar Kadin Disnakertrans Muba, Mursalin kepada Suara.com, pekan lalu.
 
Saat sinar matahari mulai menyinari wilayah kabupaten ini, gerak sepeda motor yang dikendarai seorang buruh sawit perempuan cukup kencang. Dia membawa peralatan kebun yang dibalut di punggung.
 
Dengan menggunakan pakaian yang seolah didesain menjadi seragam kerja, dia berusaha menutupi seluruh bagian tubuh. Mengenakan topi cukup lebar, kain yang berubah fungsi menjadi masker dililit penuh di wajah hingga membungkus sebagian kepala.

Baca selengkapnya

2. 12 Jam Mobil Xenia Diamuk Massa dan Ditenggelamkan di Sungai Jerambah Geledek, Akhirnya Dievakuasi

Baca Juga:Tanaman Begonia dan Daun Seduduk Diteliti Jadi Pewarna Alami Kain Jumputan Palembang

Mobil Xenia berhasil dievakuasi setelah 12 jam diamuk massa dan ditenggelamkan ke sungai [Suara.com/Welly JT]
Mobil Xenia berhasil dievakuasi setelah 12 jam diamuk massa dan ditenggelamkan ke sungai [Suara.com/Welly JT]

Mobil  Daihatsu Xenia  berwarna Silver BG 1162 RR yang diamuk massa warga 13 Ilir Palembang, Sumatera Selatan berhasil dievakuasi. 

Proses evakuasi berlangsung setelah 12 jam lebih mobil yang ditumpangi tiga orang tersebut diamuk massa hingga harus ditenggelamkan di Sungai Jerambah Geledek.

Baca selengkapnya

3. Sriwijaya FC Segera Diakuisisi Pengusaha Iwan Bomba, Gubernur Herman Deru: Ya Biasa, Itu Bisnis

Gubernur Sumsel, Herman Deru saat berada di lapangan Stadion Bumi Sriwijaya. Sriwijaya FC Segera diakuisisi. [dok. pemprov]
Gubernur Sumsel, Herman Deru saat berada di lapangan Stadion Bumi Sriwijaya. Sriwijaya FC Segera diakuisisi. [dok. pemprov]

Klub kebanggan wong kito, Sriwijaya FC segera diakuisisi oleh pengusaha asal Sumatera Selatan, Iwan Bomba. Pengusaha batu bara dan berbagai lini bisnis di Sumsel ini akan segera mengakuisisi Sriwijaya FC.

Kepastian finalisasi ini pun disampaikan oleh internal Sriwijaya FC. Gubernur Sumsel, Herman Deru menanggapi proses akuisisi tersebut ialah hal yang biasa.

Baca selengkapnya

4. Tanaman Begonia dan Daun Seduduk Diteliti Jadi Pewarna Alami Kain Jumputan Palembang

Pekerja menjemur kain jumputan di rumah produksi Eka Marlina di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (8/11/2021). [ANTARA FOTO/Nova Wahyudi]
Pekerja menjemur kain jumputan di rumah produksi Eka Marlina di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (8/11/2021). [ANTARA FOTO/Nova Wahyudi]

Pewarna alami berasal dari daun-daun, akar hingga kulit kayu diteliti digunakan untuk kain khas asal Sumatera Selatan, kain jumputan.

Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Oom Kemala Sari mengatakan salah satu yang sedang diteliti yakni penggunaan daun tanaman jenis begonia dan daun seduduk untuk menghasilkan warna hitam dan krem.

Baca selengkapnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini