"Proyek itu ternyata tidak ada, kata pengaduan itu. Uang Rp 6 miliar tersebut, katanya, habis untuk mengurus penarikan dana ayah Heryanti (Akidi Tio) di Singapura," sambung ia.
Dahlan juga memperkirakan jika Akidi Tio memiliki jaringan bisnis di Singapura dan Hongkong.
Bagi orang Tionghoa kaya Palembang, punya bisnis di Singapura bukan barang baru. Ada orang Palembang yang sangat terkenal di Palembang dan di Singapura.
Juga di Jakarta. Namanya Tong Djou. Saya juga kenal baik dengan Tong Djou –sebelum meninggal Februari lalu.
Baca Juga:Saldo Anak Akidi Tio Tak Sampai Rp 2 Triliun, Polda Sumsel akan Kroscek ke Sejumlah Pihak
Akidio Tio adalah pengusaha angkatan Tong Djou. Generasi sekarang tidak kenal nama itu.
"Tapi di generasi saya, siapa yang tidak tahu Tong Djou: ia pengusaha minyak yang dibesarkan oleh Dirut Pertamina Ibnu Sutowo," sambung Dahlan.
![Penyerahan bantuan COVID 19 Akidi Tio [ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/01/69143-penyerahan-bantuan-covid-19-akidi-tio-ist.jpg)
"Akidi Tio punya beberapa partner di bisnis itu. Tapi Aki kan sudah meninggal 12 tahun lalu. Berarti selama, setidaknya, 12 tahun terakhir perusahaan itu berjalan tanpa Aki. Setidaknya sudah 12 tahun pula tidak ada yang mewakili Aki dalam setiap RUPS di perusahaan itu. Padahal RUPS adalah lembaga tertinggi di sebuah perusahaan. Bisa memutuskan apa saja," sambung Dahlan.
"Akidi bukan pemegang saham mayoritas di perusahaan itu. Sehingga RUPS selalu sah tanpa kehadiran Aki. Tentu undangan RUPS untuk Aki sudah selalu dikirim. Ke alamat Aki yang didaftarkan ke perusahaan," tulis Dahlan Iskan.
Dahlan juga menduga salah satu pemegang saham di perusahaan itu juga kecewa. Yang kecewa itulah yang memberi tahu anak-anak Aki: "papamu punya harta di Singapura".
Baca Juga:Kapolda Sumsel Kecipratan Heboh Hibah Rp 2 T, Kompolnas: Baiknya Periksa Dulu Asal Usulnya
"Anak-anak Aki lantas mulai mengurus harta itu. Tapi masalahnya tidak sederhana. Lalu enam anak laki-laki ''menyerah''. Ruwet. Tidak mau lagi mengurusnya.Tinggal Heryanti sendiri yang masih bersemangat. Biar pun perlu biaya mahal," sambung Dahlan.