SuaraSumsel.id - Pamer kekayaan yang sering dilakukan sejumlah artis Indonesia, sebut saja Atta Halilintar hingga Raffi Ahmad dinilai akan bisa menjadi kemarahan masyarakat kelas bawah.
Hal ini ditekankan Akademisi Ade Armando yang hadir pada Podcast Deddy Corbuzier yang disiarkan di kanal YouTubenya, Selasa (27/4/2021).
Menurut ia, memang manusia memiliki perannya masing-masing termasuk bagaimana ia menjadi penghibur, ataupun yang memberikan edukasi. Namun yang disayangkan, ialah pamer kemewahan yang kemudian dipertontonkan kepada masyarakat luas.
Ditekan Ade, ia bukanlah orang yang iri, membeci atau ingin memiliki kekayaan seperti halnya Atta Halilintar, namun etika sosialnya mengenai baik dan benar, atau betul dan salah ini yang kemudian nantinya akan menjadi kenormalan dalam hubungan sosial.
Baca Juga:Polda Sumsel Siapkan Empat Mobil Vaksinasi COVID 19 Datangi Lansia
"Saya setuju memang tidak bisa berharap semua orang melaksanakan fungsi edukasi, ada juga entertaiment. Saya juga suka hiburan atau entertainment, saya suka sama musik, film, termasuk YouTuber, yakni profesi yang sedang naik daun," ungkap ia.
Dengan profesi YouTuber yang akhirnya bisa membuat orang kaya raya dan terkenal, namun malah pamer kemewahan.
"Saya yakin Atta bisa terkenal tanpa harus menjual kemewahan. Dari kecil, kita diajarkan jangan pamer, karena hal itu bisa bikin sakit hati orang. Masalahnya, pamer kekayaan dan kemewahan itu yang terus menerus ditampilkan," terang ia.
Menampilkan kehidupan mewah secara berulang-ulang akan berujung penormalan yang kemudian orang menganggap pamer kekayaan ialah benar dan boleh.
Padahal akan ada efek berantai dari perbuatan tersebut. Misalnya, pemakluman jika seseorang kaya maka boleh saja pamer, atau standar keberhasilan seseorang beralih menjadi kepemilikan atau kekayaan.
Baca Juga:Akhir April, Serapan Vaksin COVID 19 Sumsel Belum Capai 80 Persen
"Bisa jadi misalnya pamer kemewahan yang dilakukan guna memotivasi, namun tidak pada orang yang tidak memiliki akses," terang Ade.
Misalnya suatu kalangan masyarakat yang dia telah bekerja mati-matian, lalu keadaan sosialnya tidak mendukung mencapai kehidupan seperti halnya Atta dan lainnya, maka hal ini bisa menimbulkan kemarahan.
"Mereka yang sudah bekerja dengan banting tulang, namun kemudian akhirnya menonton orang-orang pamer kekayaan, maka bisa jadi orang miskin ini akan marah," kata ia.
Karena itu, pamer kemewahan sangat tidak dianjurkan jika pun mengiklankan (endorse), maka jangan mengaku-ngaku milik pribadi.
Mendapatkan penjelasan ini, Deddy mengungkapkan jika yang bersedia menonton dari pamer kemewahan ternyata banyak di Indonesia.