SuaraSumsel.id - Rimbun dan segar. Begitulah kesan pertama memasuki Kedai Teh di Palembang ini. Dengan suguhan tanaman-tanaman hias yang berjajar di muka dan sekelilingnya, kedai teh ini memang mengahirkan udara yang asri.
Sesuai dengan namanya, “Hijaukan Teras”, kedai ini ternyata tidak hanya mengujuhkan suasana yang sejuk, namun membantu pengunjungnya kembali bernostalgia ala tahun 1990 an.
Konsepnya, mengenang rumah nenek.
Pemilik Kedai, Rahman mengutarakan mengusung konsep dengan mengkombinasikan antara suasana vintage, tanaman rimbun hingga suguhan teh.
Ia menceritakan, awalnya mulannya memang hanya berjualan tanaman yang dominan pembelinya ibu-ibu, namun saat makin ramai yang membeli tanaman, ternyata ibu-ibu tidak datang sendiri. Mereka juga sering membawa suami dan anak-anak lalu asyik memilih tanaman,
"Kebanyakan suami dan anak-anak hanya menunggu, sedangkan istrinya yang sibuk memilih tanaman. Dari situas sepert ini, saya hadirkan kursi dan akhirnya mulai mengembangkan membuka kedai,” ujarnya kepada suarasumsel.id, Jumat (2/4/2021).
Dengan menyediakan tempat duduk, maka baik ibu-ibu, bapak dan anak-anak bisa lama berinteraksi sembari memilih tanaman.
“Barulah, kemudian saya mendirikan kedai di samping berjualan tanaman yang sudah saya mulai sejak tahun 2017 lalu,” sambung dia.
Selain tempat bersantai, ia pun menemukan konsep meminum teh dari kebiasannya yang tidak menyukai kopi.
Baca Juga:Kejati Tahan 4 Tersangka, Pemprov Sumsel Hentikan Anggaran Masjid Sriwijaya
Saat berkumpul atau bersantai di kedai kopi, laki-laki kelahiran tahun 1988 ini, cendrung memilih minuman bukan kopi seperti halnya teh dingin atau es lemon tea.
Dari pengalaman ini pula, akhirnya Rahman menilai jika pasar peminum teh di Palembang cukup ada, dan bisa dikembangkan. Dengan melihat peluang tersebut, ia semakin bersemangat membangun kedai teh yang diakui sebagai yang pertama di Palembang.
“Berkonsep kedai teh, lalu juga menghadirkan kesan vintage dengan pilihan furniture dan desain kedainya. Dengan mengusung konsep rumah nenek, mengajak pengunjungnya berkumpul Bersama keluarga dengan menikmati suguhan teh agar bisa dinikmati bersama,” terang ia.
Rahman sengaja berburu perabotan vintage di Kota Yogayakarta dan pulau Jawa seperti kursi meja dan pajangan yang dinilainya lebih lengkap untuk mendukung konsep kedainya. Sedangan bufet dan keramik ia peroleh di pasar di Kota Palembang.
“Perabotan di sini disesuaikan dengan tahun 90an sehingga jika duduk di sini banyak konsumen flashback (mengenang) memulai cerita, membawa kenangan saat di rumah nenek yang biasa disajikan teh bersama keluarga,”tuturnya.
Meski baru berdiri sejak tahun 6 Maret 2021, kedai teh ini sudah memiliki 10 varian the yang anti mainstream, dan masih ada sekitar 20 varian the yang belum disajikan di menu.
Jenis teh yang digunakan adalah black tea dan green tea.
Adapun menu yang disajikan juga berkonsep, seperti halnya menyediakan menu racikan hujan yang siap menemani penikmat teh saat hujan, meminum teh sebagai teman baca buku dan paling direkomendasikan ialah green tea cotton candy dengan cita rasa permen kapas.
Baca Juga:Pasca Penyerangan Mabes Polri, Pengunjung Mapolda Sumsel Wajib Lepas Helm
“Umumnya teh celup yang dikenal itu black tea letaknya paling bawah (pohon teh), kalau green tea yang tengah mempunyai warna yang sedikit pucat dan white tea warnanya sangat pucat. Kebanyakan juga teh untuk detox, sebagai pembangkit semangat dan meningkatkan mood,” beber ia.
Untuk mendapatkan bahan baku teh, Rahman mengambil langsung ke Bandung dalam bentuk yang sudah kering. Mengingat belum ada kedai teh lain di Palembang, sehingga belum ada suplier untuk keperluan kedai tehnya.
“Sepertinya ini kedai teh pertama dulu pernah ada kedai teh namun masih belum fokus karena juga masih ada kopinya, namanya kedai Abah,”pungkasnya.
Kontributor: Fitria.