Jejak Penyulut Api Karhutla di Sumsel, Siapa Bertanggungjawab? (1)

Kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla di Sumatera Selatan terus berulang. Siapa yang bertanggungjawab?

Tasmalinda
Senin, 07 Desember 2020 | 22:50 WIB
Jejak Penyulut Api Karhutla di Sumsel, Siapa Bertanggungjawab? (1)
Helikopter waterbombing parkir di Lapangan Udara (Lanud) Sri Mulyono Herlambang yang bersebelahan dengan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Sumsel, Senin (16/9/2019). (Antara)

Asap di desa lebih pekat karena pengakuan warga, kebakaran banyak berasal dari desa tetangga.

Tokoh Masyarakat Jerambah Rengas, Muhammad Syukrie menceritakan kebakaran lahan berlangsung berhari-hari juga di desa tetangga.

Api berasal dari beberapa lokasi dan juga terbakar sangat lama, hampir berhari-hari.

“Jika mengenang itu, menyedihkan sekali. Udara pekat sekali, udara bercampur asap sangat menusuk tenggorokan” ujarnya ditemui medio Oktober 2020 lalu.

Baca Juga:Kesedihan Keluarga Serang Speedboat yang Hilang: Ia Biasanya Cepat Pulang

Ia menceritakan, kebakaran terjadi pada lahan yang digarap perusahaan bubur kertas, seperti PT. Bumi Mekar Hijau yang berada di desa tetangga.

Namun, Syukrie mengaku tak tahu persis penyebab kebakaran di kawasan perusahaan, hanya saja akibat kebakaran tersebut warga sangat terdampak.

“Karena lokasinya cukup jauh dari pemukiman warga, sehingga tidak diketahui penyebab pastinya. Tahun 2019, juga terbakar lagi,” ucap dia.

Syukrie menambahkan rawang lebak yang merupakan lahan kolektif warga, juga berbatasan dengan kanal-kanal perusahaan di sekeliling desa.

Kekinian, kondisinya semakin mendangkal.

Baca Juga:Berencana Liburan di Akhir Tahun? Tiket Kereta Api Sudah Bisa Dipesan Lho

“Banyak pembangunan kanal-kanal sebagai batas lahan perusahaan sekaligus pengairan perusahaan. Sekarang, kanal juga dipakai transportasi mengangkut tanaman hutan akasia ke luar kebun. Kanal-kanal makin banyak dibangun setelah terjadi kebakaran 2015,” ucapnya.

Kades Simpang Tiga Induk, Daheri juga menceritakan kondisi yang sama.

Tapi ia hanya memahami bahwa kebakaran hutan dan lahan sekadar bencana musiman. Bencana ini akibat kemarau panjang meski berpengaruh pada kesehatan pernapasan warga.

“Anak-anak di desa juga ada yang batuk, tapi karena musim kering memang musim kebakaran lahan. Musiman itu, ” katanya.

Saat 2015 itu, ia baru terpilih menjadi kepala desa.

Karena itu, ia berusaha membuat daftar persoalan yang terjadi di desa, termasuk luasan lahan yang menjadi milik warga dan perusahaan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini