- 
Puji dan kelompok perempuan di Desa Suka Maju mengolah madu menjadi produk turunan bernilai ekonomi. 
- 
Program Beyond Honey dari Pertamina Hulu Energi Jambi Merang membantu warga memanfaatkan lebah madu jenis Apis mellifera. 
- 
Koperasi Sukma Jaya kini mandiri dengan alat pengukur kadar air madu dan produk bermerek hasil pendampingan CSR. 
SuaraSumsel.id - Aroma madu bercampur wangi singkong goreng menyambut dari dapur rumah produksi di Desa Suka Maju, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Di atas meja kayu, Puji sibuk menimbang adonan dan menata toples berlabel “Keripik Masinis”. Di luar, suara tawa para ibu terdengar riuh menyatu dengan denting sendok logam dan bunyi wajan yang beradu.
“Kalau dulu saya cuma bantu suami di kebun sawit, sekarang bisa bantu ekonomi rumah tangga,” kata Puji sambil tersenyum. Lima bulan terakhir, ia dan kawan-kawannya mengelola usaha olahan madu hasil budidaya lebah di desanya.
Puji bukan hanya membuat camilan, tapi juga menciptakan makna baru dari kerja. Dari madu yang dihasilkan kelompok peternak lebah, ia belajar bahwa manis tidak selalu datang dari hasil besar, melainkan dari ketekunan kecil yang dilakukan bersama.
Produk olahan mereka kini beragam. Ada keripik masinis, olahan ubi yang dibalur saus madu dan cabai. Ada grubi madu, camilan dari ubi serut yang dibentuk bulat lalu dilumuri madu hingga berkilau keemasan. Ada juga minuman herbal bernama madu jantan, campuran madu dan rempah. “Kami bikin dua rasa, manis dan manis pedas,” ujarnya bangga. Semua dikemas rapi dengan label sederhana buatan mereka sendiri, dijual mulai dari lima belas ribu rupiah.
Rumah produksi itu berdiri di tengah halaman luas dengan sebuah gazebo tempat perempuan berkumpul setiap pagi. Bangunannya sederhana tapi bersih dan tertata. Di sinilah, para ibu belajar bahwa kerja bersama bisa lebih manis daripada hasilnya sendiri. “Dulu kami jarang keluar rumah, sekarang hampir tiap hari ke sini,” ujar Puji. “Rasanya bangga karena ini hasil tangan kami sendiri.” sambungnya.
Kegiatan mereka lahir dari program Beyond Honey, inisiatif Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang yang bermula pada 2021. Program ini hasil riset bersama Universitas Gadjah Mada yang memadukan konservasi alam dengan pemberdayaan masyarakat di lahan gambut.
Sebelum mengenal madu, hampir seluruh warga Suka Maju hidup dari sawit. Saat masa replanting datang, penghasilan menurun drastis. Banyak keluarga kesulitan bertahan. Saat itu, kelompok yang dipimpin Sutrisno diperkenalkan dengan budidaya lebah madu jenis Apis mellifera, peranakan lebah Australia yang cocok dengan iklim tropis. Pelatihan diberikan secara bertahap, mulai dari mengenali musim bunga hingga menjaga kebersihan sarang lebah. “Kami belajar sabar, kalau bunga habis atau cuaca buruk, lebah pergi,” kata Sutrisno.
Kini, dari ratusan kotak lebah di lahan seluas tiga perempat hektar, mereka bisa memanen hingga 750 kilogram madu setiap dua puluh hari. “Kalau cuaca bagus, satu orang bisa dapat enam sampai tujuh juta rupiah,” ujar Sutrisno. Angka yang mungkin kecil di kota, tapi di sini cukup untuk membuat hidup lebih tenang.
Dari hasil lebah inilah, para perempuan mulai bergerak. Mereka tidak turun ke lahan, tapi mengolah hasilnya menjadi nilai tambah di rumah produksi. Dari madu cair yang menetes di lahan, lahir produk yang memberi rezeki di dapur.
Baca Juga: Menebus Jejak Karbon: Api yang Kini Menyembuhkan Bumi
Pertamina Hulu Energi Jambi Merang terus mendampingi mereka melalui Koperasi Sukma Jaya. Kini koperasi ini memiliki alat pengukur kadar air madu otomatis bernama Si Kering Manis, adaptasi dari teknologi hulu migas. Alat ini memastikan madu yang dipasarkan sesuai standar nasional SNI. “Dulu kami jual curah ke tengkulak, sekarang sudah punya merek sendiri,” kata Puji bangga sambil memperlihatkan botol madu berlabel Sukma Jaya.
Bagi perempuan-perempuan Suka Maju, madu bukan lagi sekadar hasil alam. Ia menjadi simbol dari kerja keras, kebersamaan, dan kemandirian. Dari madu, mereka belajar menghargai waktu, saling percaya, dan memberi ruang bagi satu sama lain untuk tumbuh.
Dari hulu energi, Pertamina Hulu Energi Jambi Merang tidak hanya menyalurkan daya untuk mesin, tetapi juga menyalakan semangat di desa. Energi dari bumi kini kembali dalam bentuk lain, berupa pengetahuan, kesempatan, dan harapan yang menetes perlahan seperti madu di pagi hari.
Semangat itu juga tumbuh di sekolah. Di SMA Negeri 10 Tanjung Jabung Timur, pelajar mengikuti kegiatan Bee at School yang memperkenalkan peran lebah dalam menjaga ekosistem. “Anak-anak belajar tentang alam, tapi juga tentang kerja sama,” ujar Baskoro Adhi Pratomo, Officer Community Involvement and Development Regional 1 PHE Jambi Merang. Para siswa bahkan belajar membuat lilin batik alami dari limbah sarang lebah.
Menjelang sore, sinar matahari menetes lembut di halaman rumah produksi. Puji menutup toples madu terakhir sambil menatap langit yang mulai jingga. Ia tampak lelah, tapi bahagia. “Kalau alam dijaga, rezeki juga ikut baik,” ucapnya memastikan.
Di tangannya, sebotol madu memantulkan cahaya senja. Cairan keemasan itu menyimpan cerita tentang perubahan. Dari lebah yang bekerja di hutan hingga perempuan yang mengolah hasilnya di dapur, manis dari alam itu kini menghidupi banyak keluarga.
Tag
Berita Terkait
- 
            
              Menebus Jejak Karbon: Api yang Kini Menyembuhkan Bumi
- 
            
              Saat Energi Menetes Jadi Madu: Dari Hulu Migas ke Hulu Kehidupan
- 
            
              Dari Kilang ke Dapur Rakyat: Inovasi Kurangi Asap, Tingkatkan Harapan
- 
            
              Lewat Inovasi GASPOL, PHE Jambi Merang Torehkan Prestasi di Ajang APQO 2025
- 
            
              Dari Bambu Jadi Berkah: PGE Lumut Balai Dorong Ekonomi Desa dan Berdayakan Perempuan
Terpopuler
- Profil 3 Pelatih yang Dirumorkan Disodorkan ke PSSI sebagai Pengganti Kluivert
- 5 Rekomendasi Mobil Sunroof Bekas 100 Jutaan, Elegan dan Paling Nyaman
- 5 Day Cream Mengandung Vitamin C agar Wajah Cerah Bebas Flek Hitam
- Warna Lipstik Apa yang Bagus untuk Usia 40-an? Ini 5 Rekomendasi Terbaik dan Elegan
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
Pilihan
- 
            
              Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
- 
            
              Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
- 
            
              Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
- 
            
              Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
- 
            
              Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
Terkini
- 
            
              Mau Mobil Cepat Terjual? Ini Warna yang Paling Diminati di Pasar Bekas 2025
- 
            
              Ketika Perempuan Mengolah Manis Alam Menjadi Kehidupan
- 
            
              Sportivitas Dipertanyakan, Viral Final Porprov Sumsel 2025 Ricuh di Lapangan Sekayu
- 
            
              Menyalakan Bangsa dari Perut Bumi Bukit Barisan
- 
            
              Kain Songket Berusia Seabad Pulang ke Palembang Setelah Disimpan di Loteng Rumah Warga Australia