Tasmalinda
Sabtu, 26 Juli 2025 | 21:49 WIB
pelestari tunggu tubang

SuaraSumsel.id - Di balik lembah dan lekuk bukit barisan yang menghijau di Sumatera Selatan, hidup sebuah kebijaksanaan yang terus mengalir kepada anak-anaknya. Namanya Tunggu Tubang, yakni sebuah sistem adat masyarakat Semende yang tak hanya diwariskan, tetapi juga dijaga sepenuh jiwa.

Eliana, perempuan dari Desa Muara Tenang, Semende Darat Ulu, baru saja menyematkan status baru dalam hidupnya. Anak perempuannya, sang sulung, telah menikah.

Dan itu berarti, Eliana resmi membuka Tunggu Tubang yakni sebuah rumah adat baru, tempat pusaka keluarga berakar dan tumbuh.

“Kami para ibu, berharap anak-anak kami, baik perempuan maupun laki-laki, bisa melanjutkan dan mempertahankan adat Tunggu Tubang ini,” kata Eliana dengan mata berkaca.

Dalam budaya Semende, Tunggu Tubang bukan sekadar gelar.

Ia adalah benteng adat, pemegang kuasa atas rumah, sawah, dan kebun, pusaka yang tak boleh diperjualbelikan.

Sang pewaris adalah anak perempuan tertua, atau anak laki-laki jika perempuan tak ada.

Namun, bukan berarti mereka yang bukan sulung kehilangan hak menjaga warisan.

“Kami percaya, Tunggu Tubang tak akan pernah tumbang karena anak tengah dan bungsu tetap bisa membuka Tunggu Tubang baru,” ujar Hasan Zen, tokoh adat di desa itu.

Baca Juga: Modus Oknum Bhayangkari di Sumsel Janjikan Lulus Bintara, Ternyata Peras Rp1,6 Miliar

Di Semende, adat bukan hanya urusan masa lalu.

Ia adalah masa kini dan masa depan. Ia mengikat tiga kecamatan Semende Darat Ulu, Semende Darat Tengah, dan Semende Darat Laut dalam sebuah kesatuan wilayah adat seluas hampir 100 ribu hektar.

Di atas tanah itulah berdiri rumah-rumah kayu berusia ratusan tahun, ladang kopi seluas 15.640 hektar, dan sawah-sawah sebagai lumbung pangan keluarga.

Tentu, tak mudah menjaga semua itu dari gempuran zaman.

Tapi adat Tunggu Tubang justru menjadi tameng yang membuat tanah Semende tak terjual, tak tergadai. Ia tumbuh, meluas.

Tak hanya di Muara Enim, tetapi juga sampai ke Ogan Komering Ulu Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Di sana, keluarga-keluarga Semende membentuk marga-marga baru yakni Muara Saung, Pulau Beringin, Ulu Nasal, Pajarbulan Seginim, hingga Ulak Rengas. Mereka semua tetap menjaga warisan yang sama: tanah, rumah, dan kehormatan.

Load More