Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 08 Mei 2025 | 11:23 WIB
Rahimin dan Sherli Oktavia, bersama para pengajar di PKBM Cendikia Unggul.

SuaraSumsel.id - Di tengah riuh Pasar Tanjung Enim yang tak pernah benar-benar sunyi, Rahimin melangkah tanpa seragam, tanpa papan nama, tapi dengan tekad yang tak kalah teguh dari siapa pun.

Usianya 26 tahun, namun hidup telah membentuknya jadi pekerja segala rupa—kadang tukang ojek, kadang tukang parkir, kadang apa saja yang bisa membawa pulang sedikit rezeki untuk keluarganya.

Di antara debu jalanan dan peluh yang menetes, Rahimin mengukir kisah perjuangan dalam diam, tanpa banyak kata, tapi penuh makna.

Satu dekade lalu, impian Rahimin untuk menyelesaikan pendidikan SMA terpaksa pupus karena keterbatasan ekonomi orang tuanya. Namun, di balik kerasnya kehidupan, ia menyimpan cita-cita besar untuk mengubah nasib dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi keluarganya.

Baca Juga: Gubernur Sumsel Ultimatum Pelantikan 3.077 PPPK: Batas Akhir Akhir Juni

Di antara lelah dan rutinitas yang tak menentu, secercah harapan tiba-tiba menyapa Rahimin lewat layar ponsel sederhananya.

Sebuah unggahan di media sosial tentang Program Ayo Sekolah Plus dari PT Bukit Asam Tbk (PTBA), yang bekerja sama dengan Yayasan Cendikia Unggul, seolah menjadi cahaya di ujung lorong panjang yang selama ini ia tapaki.

Program itu bukan sekadar janji, melainkan jalan nyata menuju pendidikan kesetaraan Paket A, B, dan C—kesempatan langka bagi anak-anak putus sekolah seperti dirinya yang masih menyimpan bara semangat untuk belajar dan memperbaiki nasib.

Melalui program ini, PTBA membantu seluruh biaya pendidikan kesetaraan Paket A, B, dan C supaya lebih mudah diakses oleh anak-anak yang putus sekolah namun dengan semangat untuk belajar.

Dengan nyala asa yang perlahan membesar, Rahimin mantap melangkah mendaftarkan diri ke Program Ayo Sekolah Plus.

Baca Juga: Cek Loker Palembang Hari Ini: CitraGrand City Buka Posisi Strategis di Proyek Konstruksi

Tak disangka, namanya terpilih sebagai salah satu penerima beasiswa—sebuah kabar yang membuat hatinya bergetar, seolah semesta memberi kesempatan kedua yang selama ini hanya bisa ia harapkan dalam doa-doa malam.

Harapan yang sempat redup kini menyala kembali, menyatu dengan semangatnya untuk menjadi sosok ayah dan suami yang lebih baik. Di balik langkahnya yang tenang, ada tanggung jawab besar: menghidupi istri dan dua anak yang selalu menjadi sumber kekuatan dan alasan untuk terus berjuang.

"Saya ingin mendapatkan pekerjaan yang layak. Sebagai kepala keluarga, saya ingin penghasilan yang mencukupi kebutuhan rumah tangga," kata Rahimin.

Di sela-sela waktunya bekerja serabutan di Pasar Tanjung Enim, kini Rahimin mengikuti pendidikan kesetaraan Paket C di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Cendikia Unggul. Ini semua dijalani demi masa depan yang lebih baik untuk istri dan kedua buah hatinya.

"Sekarang anak saya sudah dua. Yang paling tua sudah TK, yang kedua baru 6 bulan. Saya ingin masa depan yang lebih baik buat mereka," tegas Rahimin.

Rahimin, salah satu penerima Beasiswa Ayo Sekolah Plus (4)

Dia bercerita, sulit bagi dirinya untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Berbagai lowongan pekerjaan mensyaratkan pendidikan minimal SMA atau sederajat. Setelah lulus pendidikan kesetaraan Paket C ini, Rahimin berharap bisa memperoleh pekerjaan yang baik.

Load More