Pasca kejadian, OR mengaku mengalami trauma dan ketakutan berlebihan. Ia tak menyangka bahwa orang-orang yang dikenalnya bisa terlibat dalam tindakan yang nyaris merenggut martabat dan rasa amannya.
Sementara itu, pihak Polrestabes Palembang menyatakan akan melakukan penyelidikan terhadap laporan tersebut. Langkah awal yang akan diambil yakni memanggil para saksi dan pelaku yang disebutkan oleh korban, termasuk menelusuri rekaman CCTV dan jejak digital komunikasi untuk membuktikan kronologi kejadian.
Pentingnya Kesadaran dan Kewaspadaan di Kalangan Remaja
Kasus ini menjadi pengingat keras bagi para generasi muda, khususnya perempuan, untuk selalu waspada terhadap ajakan yang mencurigakan, bahkan jika berasal dari orang yang dikenal.
Modus permainan atau “tantangan” saat ini sering kali digunakan sebagai kedok oleh pelaku untuk melancarkan aksi-aksi yang berpotensi melukai, mempermalukan, bahkan menghancurkan kehidupan korban.
Jangan Diam, Laporkan!
Perjuangan OR untuk melaporkan kasus ini patut diapresiasi.
Banyak korban lain yang memilih diam karena takut atau malu, padahal suara mereka bisa menyelamatkan orang lain dari bahaya yang sama. Kasus ini membuktikan bahwa kekerasan bisa terjadi di lingkaran terdekat, dan hanya dengan keberanian dan dukungan dari masyarakat serta aparat hukum, kebenaran bisa ditegakkan dan keadilan bisa diraih.
Komentar Netizen
Baca Juga: Sudah 2 Bulan Jadi Tersangka, Pengusaha Haji Halim Belum Disidang: Ada Apa?
Kasus dugaan pelecehan terhadap seorang mahasiswi di Palembang yang bermula dari "modus main borgol" terus menuai gelombang komentar netizen di berbagai platform media sosial.
Salah satu komentar yang menjadi sorotan datang dari akun hariyantohariyanto812 yang menulis, “Kesempatan dalam kesempitan” — kalimat singkat namun menyiratkan kritik tajam terhadap pelaku yang diduga memanfaatkan keluguan korban demi melancarkan aksinya.
Warganet lain pun ramai-ramai menyuarakan kekhawatiran atas maraknya modus kejahatan berkedok permainan di kalangan remaja dan mahasiswa.
Tak sedikit yang menyayangkan bagaimana pertemanan bisa dijadikan celah untuk menjebak korban ke dalam situasi rawan pelecehan.
“Teman makan teman, ini bukti kita harus lebih selektif percaya orang,” tulis salah satu netizen.
Berita Terkait
-
Sudah 2 Bulan Jadi Tersangka, Pengusaha Haji Halim Belum Disidang: Ada Apa?
-
Kala Emas Jadi Budaya Investasi, Inflasi Diam-diam Mengintai Palembang
-
Iuran Wajib Wisuda Sekolah Dasar Rp300 Ribu di Palembang Picu Protes
-
Bank Sumsel Babel Perkuat Program GEBRAK Palembang dengan Bantuan CSR
-
Ngutang Rokok Ditolak, Remaja di Palembang Tikam Bude Berkali-kali hingga Tewas
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
Terkini
-
Disapa Gibran, Siswa SRMA 7 Palembang Kompak Jawab: Betah, Pak!
-
Program Makan Bergizi Gratis di Lubuklinggau Viral, Buah Naga untuk Siswa Ditemukan Berulat
-
Heboh! Wapres Gibran Rela Antre Demi Pempek Tumpah Rp1.000 di Pasar 16 Ilir Palembang
-
BRI Dorong Pertumbuhan Pertanian Lewat Pembiayaan Mudah dan Pemberdayaan Petani
-
Dari Kontainer ke Ruko: Kisah Sukses AgenBRILink LQQ yang Berdayakan Warga Lokal