Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 06 Mei 2025 | 13:21 WIB
Ilustrasi keracunan massal usai santap menu BMG

SuaraSumsel.id - Kasus dugaan keracunan massal yang menimpa 121 siswa di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan (Sumsel), memicu kekhawatiran publik terhadap kualitas makanan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah daerah.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan (Dinkes Sumsel) telah mengirim tim untuk menyelidiki insiden tersebut, yang melibatkan siswa dari jenjang PAUD hingga SMA.

Peristiwa ini terjadi pada Senin (5/5/2025) sekitar pukul 11.00–12.00 WIB atau tidak lama setelah para siswa mengonsumsi makanan yang disediakan melalui program MBG.

Gejala yang dialami oleh para siswa mulai dari mual, muntah, pusing, hingga diare. Seluruh korban langsung dilarikan ke RSUD Talang Ubi dan Puskesmas di wilayah PALI untuk mendapatkan penanganan medis.

Baca Juga: Puluhan Siswa SD di PALI Tumbang Usai Santap MBG, Dilarikan ke RS dalam Kondisi Lemas

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Sumsel, Dedi Irawan, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengirimkan tim surveilans dan pusat krisis ke lokasi untuk mengusut tuntas kasus ini.

“Tim dari Dinkes provinsi sudah bergerak menuju PALI dan akan bekerja sama dengan Dinkes kabupaten guna memastikan penyebab pasti kejadian ini,” ujar Dedi dalam keterangan pers di Palembang, Selasa (6/5/2025).

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dilaksanakan di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, sejak Februari 2025 sejatinya hadir sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap kebutuhan dasar peserta didik, khususnya mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Profil Yayasan Media Berkat Nusantara, Jadi Sorotan Usai Kisruh Dana MBG (indonesia.go.id)

Dengan melibatkan satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menaungi lebih dari 3.000 siswa dari berbagai jenjang sekolah, program ini dirancang untuk memastikan para siswa mendapatkan asupan gizi seimbang yang dibutuhkan demi mendukung pertumbuhan fisik, perkembangan otak, serta meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar.

Namun, insiden keracunan massal yang menimpa lebih dari seratus siswa menjadi pukulan telak bagi kredibilitas program tersebut.

Baca Juga: Viral Bupati Pali Emosi Saat Sholat Id: Air PAM Mati, Rumah Pribadi Terdampak

Peristiwa ini membuka mata semua pihak bahwa pengawasan terhadap makanan yang diberikan kepada anak-anak tidak bisa dilakukan setengah hati.

Pemerintah daerah, penyedia katering, hingga pihak sekolah dituntut untuk tidak hanya menjalankan program secara administratif, tetapi juga menjamin standar kebersihan, kualitas bahan makanan, dan keamanan rantai distribusi pangan yang digunakan.

Sebab, apabila aspek teknis seperti pengolahan makanan dan sanitasi diabaikan, maka program yang mulanya penuh niat baik ini justru dapat menjadi bumerang dan membahayakan nyawa generasi muda yang seharusnya dilindungi dan dibina.

Evaluasi menyeluruh pun menjadi hal yang mutlak agar ke depan, insiden serupa tidak kembali terulang dan kepercayaan masyarakat terhadap program pemerintah bisa dipulihkan.

“Evaluasi menyeluruh harus dilakukan. Apalagi program ini melibatkan ribuan anak. Kesalahan sekecil apa pun bisa berakibat fatal,” tegas Dedi.

Pernyataan itu menegaskan pentingnya pengawasan ketat terhadap setiap unsur pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyentuh aspek paling sensitif: kesehatan anak-anak.

Saat ini, seluruh siswa yang terdampak telah mendapatkan penanganan medis secara intensif, baik di RSUD Talang Ubi maupun di puskesmas setempat, dan kondisi mereka dilaporkan mulai stabil.

Sebagai langkah lanjutan, tim surveilans dan pusat krisis dari Dinas Kesehatan telah mengambil sampel makanan dan sisa muntahan korban untuk dilakukan uji laboratorium guna memastikan sumber pasti kontaminasi.

Hasil investigasi ini sangat dinantikan, sebab akan menjadi dasar dalam memperbaiki sistem distribusi dan kualitas pengolahan makanan yang selama ini berjalan.

Masyarakat dan orang tua siswa di PALI pun tak tinggal diam. Mereka menyuarakan keprihatinan dan mendesak agar pemerintah tidak hanya menuntaskan kasus ini secara reaktif, tetapi juga melakukan tindakan preventif yang sistematis.

 
 
 

Load More