Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Senin, 07 April 2025 | 21:55 WIB
Ilustrasi karet Sumsel. Tarif AS ancam masa depan ekspor karet Sumsel

SuaraSumsel.id - Kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan Pemerintah Amerika Serikat terhadap produk karet dunia disambut keprihatinan oleh pelaku industri karet di Indonesia, khususnya di Sumatera Selatan.

Sebagai salah satu daerah penghasil karet terbesar di tanah air, Sumsel sangat bergantung pada kelangsungan ekspor, terutama ke pasar-pasar strategis seperti Amerika Serikat. Kini, prospek cerah itu terancam suram.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (GAPKINDO) Sumatera Selatan, Alex K Eddy, menegaskan bahwa Amerika Serikat adalah pasar yang sangat penting bagi industri karet nasional.

Selama ini, sekitar 20 persen dari total ekspor karet Indonesia—khususnya dalam bentuk Technical Specified Rubber (TSR) atau Standar Indonesia Rubber (SIR)—dikirim ke Amerika.

Baca Juga: Ekspor Karet Sumsel Terancam Tarif AS, Pengusaha Desak Perundingan Dagang

“Amerika Serikat adalah konsumen utama produk karet alam kita. Dengan kualitas yang baik dan pasokan yang stabil dari Sumsel, kita telah berhasil membangun posisi strategis di pasar mereka,” ujar Alex saat dihubungi di Palembang, belum lama ini.

Namun, menurutnya, kebijakan tarif baru dari AS membuat posisi Indonesia sebagai eksportir terancam goyah. Tarif tambahan tersebut akan meningkatkan harga jual karet Indonesia di pasar global. Dalam iklim perdagangan yang kompetitif, harga menjadi faktor yang sangat sensitif.

Pembeli global akan cenderung berpaling ke negara lain seperti Thailand atau Vietnam yang belum terdampak tarif serupa.

“Kita punya kualitas yang bagus, tapi kalau harganya jadi lebih mahal, maka posisi kita bisa digantikan. Ini tantangan nyata bagi kami,” tambah Alex.

Sumatera Selatan sendiri merupakan kontributor utama karet alam Indonesia. Pada tahun 2024, ekspor karet dari Sumsel mencapai 740.624 ton.

Baca Juga: Harga Karet Naik! KKK 100 Persen Tembus Rp33.516, Ini Daftar Lengkap Terbaru

GAPKINDO menargetkan angka ekspor tahun 2025 dapat menembus 800 ribu ton, namun dengan adanya hambatan baru dari AS, target ambisius itu kini berada di ujung tanduk.

Load More