Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 31 Oktober 2024 | 14:42 WIB
Ilustrasi panas bumi (geothermal). Menyibak energi terbarukan senyawa panas geothermal menyinari Sumsel

SuaraSumsel.id - Jajaran Bukit Barisan yang memanjang dan saling terhubung di Pulau Sumatera menjadi saksi kekayaan sumber daya yang terkandung di perut bumi Sriwijaya.

Di kaki bukit yang menjorok ke selatan, tepatnya di Bukit Lumut Balai terpendam sebuah kekuatan energi terbarukan yang kian dikenal bernama energi panas bumi atau geothermal.

Energi nan bukan hanya menjawab kebutuhan energi bersih namun juga menjanjikan keberlanjutan jaringan listrik Sumatera bagian Selatan.

Berada pada ketinggian 2.055 meter di atas permukaan laut, Bukit Lumut Balai menyimpan ketahanan energi panas bumi yang bertransformasi menjadi sumber listrik menopang jaringan PLN Wilayah Sumatera Selatan Jambi dan Bengkulu (WS2JB).

Baca Juga: Menyulam Kembali Kain Alam Keanekaragaman Hayati

Di tengah ambisi besar Sumsel untuk mencapai bauran energi terbarukan sebesar 21 persen, geothermal di Bukit Lumut Balai menjadi pilar kuat yang menopang perjalanan menuju era energi hijau di bumi Sriwijaya ini.

Hampir selama 4 tahun terakhir, energi dari sektor panas bumi telah memberikan tambahan pasokan listrik bagi Sumsel nan yang berasal dari geothermal Lumut Balai berkapasitas 55 MW.

Assistant Manager Government & Public Relation Pertamina Geothermal Energy Anshor menjelaskan secara jangka panjang, potensi energi panas bumi dalam rencana pengembangan WKP Lumut Balai mencapai kapasitas 220 MW.

Pertamina mengoptimalkan Sumur Reservoir Geothermal Lumut Balai dengan karakteristik 2 fasa dengan dominasi air bertemperatur sekitar 230 - 260°C.

“Energi panas bumi salah satu energi baru terbarukan, penghasil energi bersih yang ramah lingkungan dengan buangan (emisi) CO2 yang dihasilkan dari PLTP 1,5% dari PLTU dan 2,7% dari PLTG,” ujarnya belum lama ini.

Baca Juga: Perjalanan Panjang Kilang Pertamina Plaju Menuju Perusahaan Energi Bersih

Kapasitas produksi unit-1 yang terinstal saat ini sebesar 55 MW (secara Commercial Operation Date September 2019) berada di wilayah operasi Desa Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim.

Upaya ekspansi panas bumi di Lumut Balai saat ini berlangsung pembangunan project PLTP unit-2 berkapasitas 55 MW yang direncanakan COD di akhir tahun 2024.

Secara prospek, PLTP Lumut Balai sekitar 250 MW berpeluang akan dilakukan pengembangan hingga 4 unit PLTP.  “Energi panas ini pun tidak hanya untuk listrik, namun juga sektor agribisnis guna pengeringan biji kopi,” ucapnya.

Di Sumsel, geothermal juga dimanfaatkan guna wisata edukasi panas bumi yang dilakukan Ekowisata Belanting River Tubing.

Objek wisata alam yang berada di Sungai Ogan ini dikembangkan sebagai program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat guna meningkatkan ekonomi warga sekitar area wilayah kerja.

PLTP Lumut Balai Unit 2 di Desa Penindaian Kabupaten Muara Enim, Sumsel berkapasitas terpasang 55 megawatt (MW) melayani kebutuhan listrik hampir 55.000 rumah tangga di Sumsel. 

Proyek pengembangan panas bumi Lumut Balai Unit 2 ini merupakan perluasan dari Lumut Balai Unit 1 yang juga berkapasitas 55 MW.

Proyek pengembangan infrastruktur hijau merupakan kerja sama antara Indonesia, Jepang, dan China dalam upaya aktif membangun kolaborasi dengan negara-negara Indo-Pasifik.

Pertamina Geothermal Energy (PGE) berpengalaman pengalaman panjang dalam mengembangkan energi panas bumi sebagai salah satu inisiatif transisi energi guna mencapai target net zero emission (NZE) 2060.

Sumsel telah menghasilkan 947,77 MW dari sumber energi baru terbarukan yang berasal dari air, tenaga surya, bioenergi dan geothermal.

Sumsel memiliki dua perusahaan nan mengoptimalkan geothermal sebagai sumber energi listrik. Selain Pertamina Geothermal Energy atau lebih dikenal PGE, perusahaan swasta lainnya juga berinvestasi besar atas sumber energi ini.

Provinsi yang mengenalkan sebagai daerah lumbung energi ini mematok target bauran energi baru terbarukan pada angka 21 persen dengan target yang cenderung meningkat sejak lima tahun terakhir.

Sumsel baru menetapkan bauran baru 10,2 persen pada tahun 2019. Target bauran menuju peralihan energi tergolong cukup ambisius yang ingin dikejar oleh provinsi kerajaan maritim ini.

Kepala Bidang Energi Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel Ariansyah mengungkapkan Sumsel memiliki sumber energi hijau seperti dari air, surya, dan bioenergi, geothermal sebagai potensi energi non fosil.

Data dinas ESDM Sumsel mengungkapkan dua pembangkit tenaga panas bumi telah menghasilkan pasokan energi listrik, yakni PLTP Rantau Dedap sebanyak dua unit dengan kapasitas 91,2 megawatt (MW) dan Lumut Balai sebanyak 1 unit yakni 1,55 MW.

Pencapaian ini belum maksimal karena Sumsel menyimpan potensi 918 MW dari geothermal nan baru termanfaatkan 146,2 MW.  “Dengan demikian, potensi energi ini akan bisa lagi dimaksimalkan,” ujar Ariansyah menerangkan.

Sumsel setidaknya baru mengoptimalkan di angka 4,5 persen atau sekitar 947,77 MW dari potensi energi terbarukan mencapai 21.032 MW.

Pulau Sumatera sebenarnya paling berpeluang menciptakan penyediaan tenaga listrik dari energi senyawa panas geothermal.

Berdasarkan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang dalam jangka waktu 2021-2030 diketahui jika Indonesia berpotensi panas bumi mencapai 23.965 megawatt (MW) dengan potensi terbesarnya berada di Pulau Sumatera, yakni 9.679 MW. 

Meski punya potensi besar, kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi atau PLTP terpasang di Sumatera ternyata baru 562 MW atau sebesar 5,8 persen dari total potensi tersebut.

Data ini ingin menyatakan setidaknya terdapat 94 persen potensi yang belum tergarap dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Jika dibandingkan Pulau Jawa, potensi Geothermal Sumatera lebih unggul. Di Jawa telah memiliki potensi kedua yang mencapai 8.107 MW dengan PLTP yang baru terpasang berkapasitas 1.254 MW atau sudah teroptimalkan 15,5 persen dari potensinya.

Sumatera paling berpeluang karena memiliki cadangan potensi lebih besar dibandingkan sejumlah pulau lainnya di Indonesia.

Untuk di Sumsel terdapat sumber pembangkit yang berasal dari energi air seperti PLTMH Green Lahat dengan kapasitas 9,99 MW,  PLTM Endikat berkapasitas 8,01 MW, PLTM Komering 2 1,4 MW, PLTM Kenali 1 3,6 MW PLTM Niagara 1,7 MW dan PLTMH tersebar di Sumsel 20 0,831 MW.

Sementara listrik yang dihasilkan berasal dari energi surya, seperti PLTS Jakabaring 1 2 MW - PLTS Terpusat yang tersebar di Sumsel 25 0,51 MW dan PLTS Rooftop yang tersebar di Sumsel 22 lokasi serta 3 Lokasi berkapasitas 0,841 MW.

Ilustrasi Pembangkit energi geothermal

Panas bumi berada di posisi keempat sebagai penyumbang energi listrik terbesar di Sumsel, setelah tenaga batu bara di posisi pertama.

PLN mencatat beban puncak yang dihasilkan dari  geothermal mencapai 1.076 MW dengan jumlah pembangkit 1.791 MW sekaligus daya mampu PLTP di Sumsel sebesar 126,2 MW atau rasio 12% dari beban puncak.  

Dari PLTP Rantau Dedap kapasitas 86 MW dengan daya mampu mencapai 70,8 MW dan PLTP Lumut balai kapasitas 55 MW dengan daya mampu 55,4 MW.

Setidaknya sudah 13 persen listrik disokong dari energi senyawa panas di perut bumi dimiliki Sumsel.

Pengamat Energi dan Lingkungan Poltek Universitas Sriwijaya (Unsri) Laila Kalsum berpendapat Sumsel memiliki diversifikasi energi yang baik. Upaya transisi energi yang menjadi gaung global tentu akan lebih cepat dan mudah dilakukan Sumsel.

"Sumsel menyimpan banyak potensi energi, yang memang saat ini tengah diperhatikan yakni goethermal. Apalagi potensi pengembangan bisa selain bagi listrik tapi sektor ekonomi lainnya, seperti wisata alam," ucapnya.

Load More