Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 31 Oktober 2024 | 07:22 WIB
Kampung Berseri Astra yang berada di kawasan 13 Ulu Palembang

SuaraSumsel.id - Langkah Rika Puspitasari makin bergegas saat memasuki jalan menuju rumahnya di kawasan kampung 13 Ulu Ilir Timur II Palembang. Kawasan ini diungkapkan padat anak-anak. 

Usia mereka kisaran balita, pelajar PAUD, Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar (SD). Rika merupakan orang tua penerima beasiswa bagian dari Program Kampung Berseri Astra (KBA) yang digagas PT Astra International Tbk. 

Program Kampung Berseri Astra di 13 Ulu Palembang telah berlangsung sejak 2018 dengan melaksanakan sejumlah program, mulai dari pendidikan dengan pemberian beasiswa, bantuan sarana pendidikan di PAUD, ekonomi produktif dengan pemberdayaan UMKM lokal, menata kampung dan juga peningkatan kesehatan masyarakat.

Ibu tiga anak ini menceritakan bagaimana beasiswa menjadi penghapus asa putus sekolah bagi anak-anaknya.

Baca Juga: Sumsel Kepanasan! Suhu Capai 36 Derajat, Warga Keluhkan Cuaca Ekstrem

Rika memiliki seorang suami dengan pekerjaan tidak menentu alias serabutan. Kadang di hari tersebut akan memperoleh penghasilan, namun sering juga tidak ada uang yang diperoleh. “Sementara kebutuhan sekolah anak-anak semakin tahun semakin naik,” ungkapnya penuh lara.

Kampung Berseri Astra di kawasan 13 ulu Palembang telah berlangsung sejak lima tahun terakhir. Sejak 2022, ia mendapatkan bantuan beasiswa berupa uang tunai yang kemudian dipergunakan bagi kebutuhan sekolah bagi anak-anaknya.

“Awalnya yang peroleh kakak, tapi karena kakak sudah sekolah lanjutan, makan beasiswa tersebut diberikan kepada anak lainnya, adiknya yang masih SD,” ujarnya ditemui Suara.com di rumahnya.

Suasana kampung padat penduduk yang menetap di bangunan rumah kayu ini terdapat banyak masyarakat ekonomi rendah. 

Di rumah Rika ternyata tidak hanya terdapat anak-anaknya, tapi ada juga anak tetangga nan juga sebagai penerima beasiswa.

Baca Juga: Debat Panas Tiga Calon Gubernur Sumsel: Visi Misi Infrastruktur Dipertaruhkan!

“Ramai anak-anak ya di kampung Ini, ada anak-anak tetangga juga penerima beasiswa. Ibunya Asisten Rumah Tangga (ART), bapaknya juga tak punya gaji tetap, sama seperti suami saya,” ujar Rika mengenalkan sejumlah anak-anak yang berada di rumahnya.

Rika pun sebagai seorang ibu, tidak tinggal diam. Dia mencari pekerjaan yang juga sejalan dengan perannya bagi ketiga anaknya.

Uang beasiswa yang diterima sebanyak dua kali dalam setahun ini sangat berarti bagi pendidikan anak-anaknya. Uang tersebut dipergunakan untuk membeli buku-buku serta keperluan sekolah lainnya.

“Di SD ini yang berat buku. Setiap bulan setidaknya menyediakan lebih dari Rp500 ribu buat biaya sekolah anak saya, ada yang SLTA, SMP dan SD. Berat biaya sekolah sekarang, tapi untungnya ada beasiswa Astra ini, sangat membantu,” akunya.

Program beasiswa ini seharusnya dialokasikan untuk 20 anak dari keluarga kurang mampu tetapi karena situasi kampung yang dominan merupakan keluarga pra sejahtera maka atas inisiatif bersama maka program tersebut dibagikan pada 40 anak. 

Dengan jumlah kuota yang makin ditambah pun, dilakukan proses seleksi bagi anak-anak penerimannya.

Warga kampung berseri astra penerima beasiswa Astra

Syarat utama penerima beasiswa ialah berasal dari keluarga ekonomi lemah dengan kondisi orang tua memiliki penghasilan tidak tetap. Kriteria lainnya, penerima mesti masih bersekolah dasar alias SD, selain itu juga memperlihatkan pencapaian prestasi di sekolah. 

Meski banyak berasal dari keluarga ekonomi kurang mampu namun banyak anak-anak tersebut memperoleh predikat baik di sekolah seperti berhasil masuk 10 besar nilai terbaik dan prestasi lainnya.

Apa yang dirasakan Rika juga dirasakan Meri Yulita. Meri memiliki lima anak dengan usia berdekatan. Suaminya ialah pekerja bangunan, dengan penghasilan nan borongan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, Meri berjualan sarapan pagi di sekolah anak-anaknya.

“Sebelum berjualan makanan, pernah juga ART. Anak lima ini berat biaya, biaya buku paket yang mahal dan itu wajib oleh sekolah,” akunya.

Meri juga orang tua penerima beasiswa dari PT Astra International. Meri penerima dua beasiswa, karena ada tiga anaknya berada di sekolah dasar. Wanita yang masih usia kepala tiga ini mengungkapkan sangat terbantu dengan beasiswa yang diberikan.

“Meski di Madrasah dengan tidak ada uang bulanan, tapi uang paketnya wajib. Buku paket ini, buku yang langsung ditulis dan dinilai guru di sekolah. sehingga  buku-bukunya sekali pakai, belum lagi buku tulis tambahannya,” aku Meri.

Dalam satu semester, buku-buku paket anaknya bisa berharga ratusan ribu. Dengan kebutuhan lima anak, Meri memang harus menyisihkan uang demi pendidikan anak-anaknya. 

“Sangat terasa itu, jika suami tak dapat borongan, anak-anak butuh makan, mana masih kecil-kecil, tentu perlu makanan bergizi. Mana biaya sekolah itu harus disisihkan,” akunya dengan mata berbinar.

Uang beasiswa yang diperoleh anak-anaknya diakui Meri kerap beda-beda waktu penyalurannya membuatnya memang harus bersiap tabungan mandiri.

“Meski begitu sangat bersyukur dapat beasiswa. Saya ini syukurnya tamatan SMA, saya maunya anak-anak bisa kuliah, tapi memang biaya pendidikan kian mahal,” ucapnya.

Meri mengucapkan terima kasih atas beasiswa yang disalurkan kepada anak-anaknya selama lima tahun terakhir. Uang-uang tersebut telah membantu mencukupi kebutuhan pendidikan.

 “Semoga tidak ada anak-anak saya putus sekolah. Ini tekad saya dan sangat bersyukur sekali ada uang beasiswa itu, karena ada kampung Astra,” ucapnya.

Ketua RT Barnayanti menceritakan program KBA telah berlangsung selama lebih dari lima tahun terakhir. Berdasarkan ketentuannya, KBA yang sudah melebihi waktu program selama lima tahun, akan menjadi KBA Mandiri.

Pelaksanaan KBA sangat bermanfaat bagi masyarakat karena programnya nan menjawab kebutuhan dasar masyarakat seperti kesehatan dan pendidikan.

Selain itu, masyarakat juga diajak untuk menghidupkan dan menggerakkan daerahnya dengan berbagai kegiatan secara bersama-sama, mulai dari memperindah kawasan, memberdayakan ekonomi, pelaksanaan kegiatan pada hari-hari besar.

“Masyarakat jadinya tergerak untuk kolektif memberikan yang terbaik bagi kampungnya. Beasiswa juga sangat membantu karena mayoritas ekonomi memang pra sejahtera, penerima manfaat program Pemerintah. Dengan telah menjadi program KBA mandiri, kini masyarakat juga digagas untuk mempertahankan dan menggiatkan lagi kegiatan-kegiatan kebersamaannya,” ucapnya.

Lama Pendidikan Anak di Palembang

PJ Wali Kota Palembang Ucok Abdulrauf Damenta sempat mengapresiasikan berbagai kegiatan yang digagas sektor swasta pada dunia pendidikan di wilayahnya.

Berdasarkan Data Pusat Statistik (BPS) kota Palembang memiliki lama sekolah anak-anak yang kian menurun pada tahun 2023. Pada 2023, lama sekolah anak-anak di Palembang hanya 10,32 tahun.

Anak-anak di Palembang hanya mampu mengeyam pendidikan selama 10,32 tahun.

Lama bersekolah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2021 selama 11,02 tahun dan 11,92 pada tahun 2022. Dengan data ini potensi anak-anak yang putus sekolah pun kemungkinan terjadi pada tiga tahun terakhir.

Load More