SuaraSumsel.id - Industri perkebunan sawit selalu dianggap mampu mensejahterakan petani. Realitanya berbeda jauh dengan apa yang ditonjolkan selama ini. Di Sumatera Selatan, provinsi penghasil kelapa sawit terbesar keenam di Indonesia, petani kelapa sawit belum mampu keluar dari kemiskinan.
Dalam sepuluh tahun terakhir hingga 2020, ekspansi kebun sawit di Bumi Sriwijaya tak terbendung. Hamparan tegakan sawit telah mencapai 1,2 juta hektare (ha) pada 2020 lalu atau 13 persen dari total luas Provinsi Sumatera Selatan. Di tahun sebelumnya, hamparan sawit di daratan selatan Pulau Sumatera ini malah sudah mencapai 1,5 juta ha.
Ada enam kabupaten/kota yang menjadi lumbung sawit di Sumatera Selatan. Daerah produsen sawit itu adalah Ogan Komering Ulu (OKU), Ogan Komering Ilir (OKI), Muara Enim, Musi Rawas, Musi Banyuasin (Muba) dan Banyuasin. Di antara enam kabupaten tersebut, Kabupaten Musi Banyuasin yang mencatat ekspansi luasan sawit paling agresif sejak 2015 hingga 2019.
Pada 2015, luasan sawit di Muba hanya seluas 95.099 ha. Setahun kemudian wilayah perkebunan sawit melonjak hampir empat kali lipat menjadi 356.165 ha. Ekspansi perluasan lahan sawit tertahan pada 2017. Itu karena luas perkebunan sawit ini sudah mencapai sepertiga kawasan Muba.
Baca Juga: Cuaca Hari Ini: Sumsel Potensi Berawan Dengan Hujan Sedang Hingga Dini Hari
Perluasan besar-besaran juga terjadi di Kabupaten Banyuasin. Luasan perkebunan sawit di Banyuasin telah mencapai 202.756 ha pada 2019. Perluasan yang tercatat tinggi jika dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya, di 2016 yang hanya 54.418 ha.
Pertumbuhan luasan kebun sawit yang drastis dimulai pada 2017. Saat itu, luasan sawit Banyuasin meningkat mencapai 216.225 ha. Pada 2020, lahan kebun sawit sudah terhampar hampir 20 persen dari daerah Banyuasin yang dikenal sebagai kabupaten perairan tersebut.
Perkembangan kebun sawit di OKI juga pesat sejak 2018. Kini, tegakan kebun sawit telah menutupi hampir 21 persen dari luas daerah OKI yang sekitar 1,9 juta ha.
Masifnya perkebunan sawit tak lepas dari mimpi untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Banyak petani Sumatera Selatan yang selama ini menanam karet dan tanaman holtikura kemudia menyulap lahan mereka menjadi kebun sawit.
Peralihan lahan pertanian ini seiring dengan harga minyak mentah kelapa sawit di pasar internasional yang tengah naik daun. Apalagi pada 2011 hingga 2016, harga jual karet menurun drastis hingga menyentuh Rp4.000 per kilogram. Harga ini bak bumi dan langit ketika karet sedang menikmati masa jayanya pada era 90-an di mana harganya bisa mencapai belasan ribu rupiah per kilogram.
Baca Juga: Pengusaha Sawit Mularis Djahri Dibebaskan, Anaknya Masih Ditahan Polda Sumsel
Motivasi lain yang mendorong petani beralih ke perkebunan sawit karena adanya program peremajaan sawit rakyat (PSR). Program ini menjangkau kelompok-kelompok tani sawit di Sumatera Selatan supaya memperbaiki kualitas tanaman.
Ketika itu, pada 2016 sampai 2018, pemerintah menyalurkan subsidi Rp25 juta yang kemudian disertai pembiayaan tambahan sekaligus bimbingan pertanian. “Misalnya biaya peremajaan butuh Rp50 juta, Rp25 juta sudah diberi negara dan sisanya kredit dengan agunan lahan,” kata Analisis Prasarana dan Sarana Pertanian Ahli Madya Dinas Perkebunan Sumatera Selatan Rudi Apriadi.
Dengan semakin banyaknya yang beralih ke tanaman sawit pada waktu itu, Rudi mengatakan banyak petani yang ikut-ikutan beralih baik dalam bentuk kemitraan perusahaan, plasma ataupun swadaya.
“Siapa yang tidak tertarik dengan pembiayaan saat harga karet jatuh dan sawit pada saat itu terus dibicarakan di pasar global,” katanya.
Tawaran program kemitraan dari perusahaan yang sudah membuka lahan sawit terlebih dahulu juga ikut mendorong petani menanam kelapa sawit. Ini juga didukung kondisi lahan yang lebih cocok bagi tananam kelapa sawit. “Pernah sebelumnya warga juga menanam hortikultura, padi dan lainnya tetapi tanahnya tidak cocok, butuh pengairan,” ujar Sugeng Apriyadi, warga Desa Sumber Jaya, Kecamatan Muba yang ditemui dua pekan lalu.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Cuaca Hari Ini: Sumsel Potensi Berawan Dengan Hujan Sedang Hingga Dini Hari
-
Pengusaha Sawit Mularis Djahri Dibebaskan, Anaknya Masih Ditahan Polda Sumsel
-
194.000 Warga Palembang Tergolong Ekonomi Miskin, Ini Penyebabnya
-
Situs 6 Dinas di Sumsel Diretas, Pengamat: Ketidakpuasan Publik Pada Layanan yang Ditampilkan
-
Jelang 1 Abad NU, Gus Miftah Ajak Warga NU Muara Enim Sumsel Jaga Indonesia
Tag
Terpopuler
- Eks Pimpinan KPK: Ustaz Khalid Basalamah Bukan Saksi Ahli, Tapi Terlibat Fakta Kuota Haji
- Jahatnya Sepak Bola Indonesia, Dua Pemain Bidikan Persija Ditikung di Menit Akhir
- 5 Rekomendasi Bedak Tahan Air dan Keringat Murah: Anti Luntur Sepanjang Hari
- Klub Impian Masa Kecil Jadi Faktor Jay Idzes Terima Pinangan Aston Villa
- 6 Mobil Bekas 7 Seater Termurah: Nyaman untuk Keluarga, Harga di Bawah Rp 70 Juta
Pilihan
-
Azizah Salsha, Istri Pratama Arhan Dihujat Habis-habisan Promosi Piala Presiden 2025
-
Diogo Jota Tewas di Jalanan Paling Berbahaya: Diduga Pakai Mobil Sewaan
-
Riau Bangga! Tarian Anak Pacu Jalur Viral Dunia, Ditiru Bintang PSG hingga Pemain AC Milan
-
Baru Jabat 4 Bulan, Erick Thohir Copot Dirut Bulog Novi Helmy Prasetya dan Disuruh Balik ke TNI
-
Resmi! Ramadhan Sananta Gabung ke Klub Brunei Darussalam DPMM FC, Main di Liga Malaysia
Terkini
-
Motivasi Langsung dari Gubernur, Ini Pesan Herman Deru untuk Generasi Muda Sumsel
-
Makin Mudah! Ini 7 Titik Pengisian Mobil Listrik di Tol Sumatera Selatan 2025
-
Biar Tahan 10 Tahun, Ini 6 Cara Merawat Baterai Mobil Listrik yang Benar
-
Lebih Nyaman atau Lebih Sexy? Ini Bedanya Push-Up Bra dan Bralette 2025
-
Dapat Saldo Dadakan! Klaim Sekarang 5 Link DANA Kaget Terbaru