Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Senin, 13 Desember 2021 | 12:26 WIB
Ilustrasi pelecehan seksual. Mahasiswi Unsri disekap saat Yudisium [Suara.com/Iqbal Asaputro]

Tampaknya “jurus” pelaku sama. Pertanyaan yang sama disampaikan pada korban lainnya.

Bermula menawarkan diri sebagai calon pembimbing skripsi. Saat korban kebingungan karena bahan skripsi, ia pun menawarkan skripsi yang telah jadi. Semua penawaran ini membuat para korban curiga. 

Selain isi pesan yang dikirim menanyakan alamat rumah, tinggal sama siapa dan apakah sudah punya pacar atau belum, minta nomor rekening, menawarkan skripsi yang sudah jadi, hingga menawarkan bekerja di perbankan ternama, pesan-pesan ini pun berusaha menyakinkan jika pelaku ingin menjadi teman dekat, best friend.

Beberapa penawaran lainnya makin membuat korban curiga, saat pesan dikirim mulai tidak senonoh sebagai seorang dosen pembimbing. 

Baca Juga: Kalahkan Persimura, PS Palembang Mulus Melaju Empat Besar Liga 3 Sumsel

Misalnya menanyakan keperawanan, dan hal-hal berbau seks lainnya.

Selain tindakan mengirim pesan, pelaku pun pernah berusaha “mengambil kesempatan” kuasanya atas kewenangan sebagai dosen pembimbing, seperti menyentuh berlebihan saat bersalaman, menawarkan mengantarkan ke rumah lalu menunggu korban saat akan pulang ke rumah.

Pesan-pesan yang dikirim bermula saat pelaku menanyakan nomor WhatsApp, tidak hanya satu nomor, namun juga berganti tiga nomor berbeda. Bahkan, meminta korban menggunakan aplikasi yang bisa menghapus otomatis pesan selama berkomunikasi.

mahasiswi Unsri korban pelecehan seksual diperiksa tim etik Unsri di kampus, Sabtu (4/12/2021). [ANTARA]

Para korban yang berusaha menyelesaikan tugas akademik pun mulai resah, marah, dan sedih.

Sempat ditanya pada pelaku, apa kesalahan para korban hingga harus mendapatkan dosen dengan permintaan yang tidak senonoh.

Baca Juga: Masyarakat 3 Kabupaten di Sumsel Tidak Patuh Pakai Masker Selama Pandemi COVID-19

“Jika baca isi pesan-pesannya sudah sangat tidak senonoh. Hal-hal yang seharusnya tidak perlu ditanyakan sebagai seorang dosen pembimbing, sampai menanyakan keperawanan, dan hal-hal yang berhubungan dengan seks,” sambung Sri, saat ditemui Suarasumsel.id belum lama ini.

Load More