Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Jum'at, 15 Oktober 2021 | 10:49 WIB
Korban pengeroyokkan kakak tingkat dibesuk bupati [Welly JT/suara.com]

SuaraSumsel.id - Sisiwa SD, Aditya  Keylo Saputra diduga menjadi korban penganiayaan dan bully dari empat orang, tiga di antaranya adalah kakak tingkatnya dan satu adalah adik tingkat.

Peristiwa ini terjadi di sekolah SD Negeri 1 Lubuk Ngin, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Kini Aditya Keylo dirujuk ke RSUP Muhammad Husein Palembang.

Novikawati (41) mengungkapkan kesedihan melihat anaknya menjadi korban penganiayaan. Diketahui, Aditnya Felo Saputra (12)  putra bungsu Novikawati yang menjadi korban bully oleh kakak kelas dan adik kelasnya hingga  membuat korban duduk di bangku kelas V Sekolah Dasar ini menjadi terbaring koma. 

 Aditya dianiaya, Senin (11/10/2021) dianiaya di salah satu ruang kelas sekolah. 

Baca Juga: Mengenang Masa Lalu, KA Babaranjang Sumsel Hadirkan Llivery Vintage

Dikatakan Novikawati, warga Dusun 4, Desa Lubu Ngin, Kecamatan Selangit, Kabupaten Musi Rawas, Sumsel, peristiwa tersebut terjadi Senin.

Saat itu, ia sedang menyadap karet di kebun. Kemudian ayahnya (kakek korban Aditya) datang ke kebun menyuruhnya segara pulang. 

"Bapakku ngomong, balik lah dulu, anakmu dikeroyok wong di sekolah," ujarnya. 

Sontak Novikawati terkejut dan lansung mengecek ke sokolah. Saat ia  bertanya ke guru di sekolah, ternyata anaknya telah dibawa ke Puskesmas dan kemudian dirujuk ke rumah sakit.

Mengetahui Bupati Musi Rawas (Mura), Ratna Machmud memastikan akan menanggung semua biaya pengobatan Aditya Keylo Saputra (12).

Baca Juga: Terima Kuota Internet 10 GB Kemendikbud Ristek, Ini Kata Pelajar Sumsel

"Ada beberapa informasi yang berkembang, diantaranya korban tidak bisa ditangani karena kartu BPJS non aktif. Sehingga begitu ada waktu saya langsung mengecek ke RSUD Dr. Shobirin," jelasnya, Jumat (14/10/2021). 

 "Saya sudah rapatkan dengan tim dokter, pasien harus dioperasi di Palembang. Karena mengalami patah tulang leher, sehingga ada saraf terjepit," jelasnya. 

Dia menjelaskan, alasan tidak bisa di RSUD Dr. Shobirin, karena selain peralatan medis yang terbatas, juga terhadap pasien harus ditangani oleh dokter spesialis ortopedi sub spesialis saraf.

"Sementara di RSUD Dr. Shobirin belum ada dokter tersebut," ungkapnya. 

Karena itu, Bupati lansung mengambil tindakan, menjamin pengobatan Aditya. Dia meminta Aditya untuk dikirim ke RSUP Muhammad Husein Palembang.

"Untuk biaya keluarga sudah dibantu. Kemudian biaya operasi kita masih lihat nantinya berapa. Namun estimasi sekitar Rp 200 juta. Itu juga keluarga pasien tidak perlu memikirkan biaya. Itu urusan saya," tegasnya.

"Saya juga minta di Palembang pastikan dulu, kamar rawatnya, dokternya, sehingga begitu sampai di Palembang langsung dilakukan tindakan," tambahnya. 

Ratna  saat melihat pasien, kondisinya sadar dan membuka mata, namun belum bisa menggerakkan tubuh.

"Mudah-mudahan anak ini segera pulih," harapnya. 

Load More