SuaraSumsel.id - Puluhan anak di Sumatera Selatan menjadi korban pelaku pedofil. Angkannya pun dipastikan mengalami peningakatan. Belum lama ini, polisi mengungkapkan peristiwa asusila di ranah Pondok Pesantren (Ponpes) di Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Dengan kondisi ini, Pemerintah daerah hendaknya bisa memperkuat monitoring dan evaluasi sekaligus pendampingan kepada para korban terutama anak-anak yang membutuhkan pendampingan khusus.
Karena menurut Pemerhati Anak di Sumatera Selatan, Yenni Roslaini Izzi, setiap korban terutama anak-anak mengalami kekerasan seksual akan menghadapi trauma berbeda-beda.
"Ada trauma yang bisa disembuhkan dalam jangka pendek, namun terdapat juga anak-anak yang mengalami trauma berkepanjangan," terang Yenni.
Baca Juga: STOP PRESS! Alex Noerdin Mantan Gubernur Sumsel Ditahan Kejagung
"Karena itu, perlu adanya pendampingan pada pondok pesantren ini, baik kepada korban maupun anak-anak lain yang bukan menjadi korban, Meski Ponpes sendiri berada di bawah lembaga Kementrian Agama atau Kemenag Sumsel," ujar ia.
Pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten hendaknya memberikan pendampingan kepada para korban. Mengingat, tidak semua lembaga pendidikan memahami mekanisme mendampingi anak-anak korban kekerasan seksual, termasuk pendampingan bagi keluargannya.
"Trauma ini harus diobati, dan menjadikan lingkungan Ponpes menjadi lebih sehat dan bersahabat kepada anak-anak setelah peristiwa tersebut," sambung Perwakilan Dewan Pendiidkan Sumatera Selatan ini.
Yenni juga menyebut anak-anak korban kekerasan seksual hendaknya mendapatkan perlakuan pengasuhan yang khusus dalam jangka waktu tertentu.
Mengingat usia mereka sangat muda dan masih memiliki masa depan.
Baca Juga: Sri Maya Atlet Atletik Sumsel Diunggulkan Raih Medali Emas PON XX
"Sehat secara psikis, karena kan mereka masih harus menjalani masa depan. Trauma itu beda-beda pada setiap korban, ada yang sampai menyimpannya menjadi luka sepanjang hidupnya. Ini harus didampingi, termasuk pihak keluarga, terutama orang tua,"imbuhnya.
Ponpes lembaga rentan kekerasan seksual
Diungkap Yenni, lembaga seperti halnya pondok pesantren termasuk cukup rentan mengalami kekerasan seksualitas baik bagi santri perempuan dan laki-laki.
Penyebab dominannya, tiga hal. Pertama, doktrin jika santri tidak boleh melawan guru dan ustadz dan ustadzah.
Doktrin demikian bisa berakibat buruk, jika dilakukan oleh guru seperti halnya pelaku pedofil di Ogan Ilir tersebut.
"Dengan kuasa sebagai guru, ia menyuruh anak-anak dan melakukan kekerasan seksual di bawah ancaman atas nama guru dan orang yang tidak boleh dilawan," ucap Yenni.
"Ada doktrin baik yang harus dijalankan, namun jika doktrin itu dilakukan guru dan ustadz yang jahat, maka anak-anak akan lebih berpotensi jadi korban," ujar dia.
Apalagi, kata Dewan Pengurus WCC Palembang ini, ponpes pun tidak menyediakan mekanisme pengaduan yang berpihak pada korban.
"Saya belum menemukan ponpes yang menghidupkan mekanisme pengaduan santri, jika terjadi hal-hal seperti di Ponpes Ogan Ilir tersebut. Mekanisme pengaduan ini penting memberanikan santri melaporkan tindakan asusila yang dilakukan oleh oknum di pondok," terang Yenni.
Terpenting ditegaskan Yenni, dibutuhkan perisai mengenai pendidikan seks usia dini bagi anak-anak dan orang tua.
Pendidikan seks yang dimaksud bukan mengajarkan anak-anak pada hal negatif, namun pendidikan memberikan pemahamanan agar anak-anak mampu melindungi diri menjaga daerah tubuh yang sensitif.
"Pengetahuan seks dini, keberanian, hingga adanya tempat bagi anak-anak mengadu dan berkosultasi sangaat diperlukan pada lembaga pendidikan. Bukan saja di lembaga pendidiikan agama dengan pelajaran agama lebih banyak, namun juga pada lembaga pendidikan non agama" pungkas Yenni.
Pekan lalu, polisi mengungkap kasus seorang guru yang menjadi pelaku pefodil. Polisi mencatat, 26 santri menjadi korban.
Berita Terkait
-
Kim Soo-hyun Kembali Bantah Tuduhan Pedofilia kepada Kim Sae-ron
-
Aksi Cabul Eks Kapolres Ngada Berbahaya, Psikolog Forensik Sebut AKPB Fajar Bukan Pedofilia, Mengapa?
-
Sosok AKBP Fajar Widyadharma dan Jejak Kejahatannya, Eks Kapolres Ngada Tersangka Kasus Pedofilia dan Narkoba!
-
Dicap Pedofil, Interaksi Janggal Kim Soo-hyun juga Terlihat di Depan Artis Cilik Ini
-
Jangan Diam, Masyarakat Harus Berani Speak Up jika Ada Anak Lain Ikut Dicabuli Kapolres Ngada
Tag
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Jawaban Menohok Anak Bungsu Ruben Onsu Kala Sarwendah Diserang di Siaran Langsung
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
-
Harga Emas Terbang Tinggi Hingga Pecah Rekor, Jadi Rp1.889.000
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
Terkini
-
UMKM Palembang Naik Kelas, Kini Produknya Jadi Suvenir Penerbangan Garuda
-
Usai Fitrianti Ditahan, Harnojoyo Diperiksa Kejaksaan: Dugaan Korupsi Apa?
-
Lepas Kemeriahan Lebaran, Emas Digadai Warga Palembang untuk Sekolah Anak
-
Harga Emas Tinggi Dorong Warga Palembang Ramai Gadai untuk Biaya Sekolah
-
Rp10 Juta Sesuku, Harga Emas Perhiasan Palembang Cetak Rekor Usai Lebaran